Danakhirnya pemerintahan RI mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke Kalimantan selatan untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan tersebut, dan pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi hukuman mati pada tanggal 22 Maret 1965. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Radin PangantinDiceritakan Kembali oleh Jamal T. SuryanataALKISAH, zaman dahulu kala terceritalah seorang perempuan tua bernama Diang Ingsun yang hidup di sebuah kampung kecil bersama anak lelaki semata wayangnya, Radin Pangantin namanya. Mereka tinggal di rumah panggung tua yang sesungguhnya tidaklah layak disebut rumah, tapi lebih pantas kalau disebut gubuk. Sebab, rumah itu hanyalah sebuah bangunan kecil beratap daun rumbia, berdinding anyaman bambu, dan berlantai bambu pula. Itu pun kondisinya sudah serba musim penghujan tiba, di tengah malam tidak jarang Diang Insun terbangun dan harus membopong anaknya berpindah tempat tidur akibat rembesan air hujan melalui celah-celah atap rumahnya yang sudah tiris di sana-sini. Jika sudah demikian, dengan isak tangis yang tertahan perempuan tua itu hanya bisa mengelus dada sambil menatap wajah anaknya yang masih polos tak berdosa. Ia coba untuk selalu bersabar meneriba cobaan seraya berdoa agar Tuhan segera mengubah keadaan hidup mereka menjadi lebih baik. Memang, hidup di kampung kecil yang jauh dari keramaian ditambah dengan mata pencaharian yang tidak menentu tentulah membuat siapa pun akan hidup prihatin. Jangankan untuk membeli pakaian yang bagus, sedangkan untuk makan sekali sehari saja sudah cukup susah bagi mereka. Apalagi Diang Ingsun selama ini hanya menopangkan hidupnya dari kebun kecil-kecilan yang ada di sekeling rumahnya. Sebab, selain sebuah sampan tua dan gubuk kecil yang kini mereka tempati, mungkin sepetak tanah pekarangan itulah satu-satunya warisan yang paling berharga dari mendiang suaminya. Tanah pekarangan itu ditanaminya dengan padi dan beberapa jenis tanaman palawija sekadar untuk keperluan hidupnya sehari-hari. Sementara, untuk lauk makan bisa didapatkannya dari memancing atau memasang jaring ikan di sungai kecil dekat rumahnya. Tahun demi tahun berlalu, di bawah asuhan sang ibu yang sangat menyayanginya, Radin Pangantin tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berbakti kepada orang tuanya. Kini usianya sudah mulai menginjak remaja. Meski pergaulannya sangat terbatas, tetapi pikirannya semakin tajam dan pandangannya pun jauh ke depan. Belakangan ia sering duduk menyendiri, merenung memikirkan nasibnya. Diam-diam hatinya merasa cemas melihat keadaan ibunya yang tak sudah semakin menua. Tak teganya rasanya kalau dirinya terus menjadi beban bagi malam, seraya menyantap ubi rebus yang masih hangat mengepulkan asap di hadapannya, Radin Pangantin lama tercenung sambil menatap wajah ibunya. Antara rasa takut dan berani, bibirnya tampak bergetar-getar ingin mengucapkan sesuatu kepada sang ibu. Berkali-kali bibirnya seperti ingin berkata, tapi selalu saja tertahan di tenggorokannya. Ia merasa tak tega untuk berterus-terang mengutarakan maksud hatinya. Ia khawatir kata-katanya akan melukai perasaan ibunya.“Radin, ada apa anakku? Sepertinya kau ingin menyampaikan sesuatu kepada ibu? Kalau ada masalah tidak baik disimpan sendiri. Ayo, ceritakanlah kepada Ibu, Ibu akan siap mendengarkannya.” Sang ibu yang bijak mulai menebak-nebak pikiran anaknya.“Eh, eee… tidak, Bu. Tidak ada apa-apa.” Radin Pangantin tampak tergagap. Ia merasa belum sanggup berterus-terang di hadapan ibunya.“Lalu?” sang ibu mencoba mendesaknya.“Sudahlah, Bu. Lupakan saja.” “Radin, kau sudah besar anakku.”Sekali lagi, agak lama Radin Pangantin menatap wajah ibunya. Di situ, di kedalaman mata tua itu, terpancar ketulusan. Ketulusan hati seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Karena itu, juga lantaran desakan sang ibu, kini keberaniannya pun mulai muncul. Maka, dengan suara agak berat dan terbata-bata, Radin Pangantin akhirnya berani juga menyampaikan keinginan hatinya.“Ibu, maafkan Radin sebelumnya,” ujar Radin Pangantin tampak serius. “Ini menyangkut soal nasib dan masa depan Radin sendiri, Bu. Ibu tahu, sekarang Radin sudah besar. Ibu juga tahu, selama ini kehidupan kita hanya begini-begini saja. Dari tahun ke tahun tak ada perubahan sedikit pun. Dan Radin tidak mau kalau kehidupan Radin selamanya akan menjadi beban tanggungan Ibu. Karena itu, Bu, Radin bermaksud ingin mengadu nasib di kampung orang. Jadi, izinkan Radin pergi ke negeri seberang.”“Merantau maksudmu, anakku?” Diang Ingsun tampak sangat terkejut.“Benar, Bu. Radin ingin merantau. Soalnya…”“Radin!” kontan saja sang ibu menyela, seolah tak percaya pada apa baru didengarnya dari mulut anak semata wayangnya itu. “Coba kau pikirkan sekali lagi, anakku. Sekarang Ibu sudah semakin tua. Kalau kau pergi merantau, lalu Ibu hidup dengan siapa lagi? Apa kau tega meninggalkan Ibu seorang diri?”“Bu, Ibu tidak usah sedih begitu. Radin hanya ingin mengubah kehidupan kita, Bu. Kalau Radin terus hidup di kampung seperti sekarang, Radin tidak akan punya pekerjaan yang bagus dan kehidupan kita juga akan tetap miskin seperti ini. Karena itulah, Bu, Radin harus mencoba mengadu nasib di kampung orang. Nah, kalau nanti Radin sudah berhasil, Radin pasti akan pulang dan membangunkan rumah yang bagus untuk Ibu. Apa Ibu tidak bangga kalau nanti melihat Radin datang sudah menjadi orang terpandang?”Perempuan tua itu kini tak bisa berkata apa-apa lagi. Suaranya seperti tersekat di tenggorokan. Sekujur tubuhnya terasa lemas. Kepalanya terasa sangat berat. Hingga berhari-hari kata-kata sang anak itu terus terngiang di telinganya. Sering ia duduk tercenung seorang diri. Kedua matanya tampak sayu, menatap kosong jauh ke negeri seberang. Membayangkan nasib anak semata wayangnya hidup susah di Radin Pangantin juga tak mau kehilangan semangat. Setiap saat ia selalu memohon restu kepada ibunya. Setiap ada kesempatan ia selalu berusaha meyakinkan ibunya. Demikianlah, setelah melihat ketulusan dan kebulatan tekad sang anak, sekeras-kerasnya hati seorang ibu akhirnya lunak juga. Demi mengabulkan hajat sang anak semata wayangnya, hati Diang Ingsun pun akhirnya luluh juga. Radin Pangantin telah mendapatkan restu dari sang ibu untuk pergi harinya, di pagi buta Diang Ingsung sudah bangun untuk menyiapkan makanan dan perbekalan seadanya buat Radin Pangantin. Dengan berurai air mata, dilepaskannya kepergian sang anak hingga menghilang di tikungan jalan.“Bu, Radin mohon diri. Tolong doakan Radin agar cepat berhasil mencari pekerjaan. Dan ini, tolong juga peliharakan anak ayam dan anak ikan tauman ini sebagai pengingat Ibu kepada Radin selama di perantauan,” demikian pesan terakhir yang sempat diucapkan Radin Pangantin sebelum kepergiannya. Saat Radin Pangantin tiba di pelabuhan, mujur baginya karena secara kebetulan pagi itu ada sebuah kapal dagang yang siap berangkat ke negeri seberang. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Didatanginya seorang awak kapal untuk minta menghadap sang juragan. Setelah mendengar maksud baik dan melihat sikapnya yang sopan, sang juragan pun tidak segan-segan memberi tumpangan kepadanya. Dan, sebagai ungkapan rasa terima kasihnya, selama di perjalanan Radin Pangantin dengan suka rela ikut membantu melakukan apa saja yang bisa dikerjakannya di kapal itu. ***Sudah berbulan-bulan Radin Pangantin hidup di perantauan, di negeri Jawa Dwipa. Berkat doa sang ibu, begitu sampai di tanah Jawa ternyata memang tidak sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Karena melihat kejujuran dan perilakunya yang selalu santun, sang juragan kapal yang dulu ditumpanginya itu langsung mengangkat Radin menjadi salah seorang pegawainya. Bahkan, setelah melihat keuletan dan bakatnya yang besar dalam bidang perdagangan, Radin pun semakin mendapat kepercayaan dari sang juragan. Ia diberi pinjaman modal untuk membuka usaha dagang sendiri di daerah lain. Berselang tahun kemudian, seiring dengan usahanya yang terus berkembang dan kian maju pesat, kini Radin Pangantin telah menjadi orang yang kaya-raya. Bahkan, kekayaannya kini sudah melampaui kekayaan orang yang dulu menjadi juragannya. Namanya semakin dikenal di kalangan pedagang dan pengusaha besar. Alkisah, keharuman namanya sampai juga ke telinga raja yang berkuasa di negeri itu. Dan konon, sang raja ingin sekali mengenal Radin Pangantin secara langsung. Suatu hari, diundanglah Radin Pangantin ke istana raja yang kebetulan memiliki seorang anak gadis. Di istana sang raja, ia disambut sebagai tamu kehormatan. Dan, seperti kata pepatah, kalau memang jodoh tidak akan kemana. Singkat kata ringkas cerita, Radin Pangantin akhirnya dikawinkan dengan putri raja tersebut. Pesta perkawinan dilaksanakan secara besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Beragam jenis makanan dihidangkan. Berbagai acara hiburan dipertunjukkan. Seluruh rakyat diundang untuk memeriahkan. Betapa bangganya Radin Pangantin bisa bersanding dengan sang putri kerajaan yang kecantikannya nyaris tak ada bandingan, di atas pelaminan yang begitu megah dan penuh keagungan. ***Pesta perkawinan telah lama berlalu, masa bulan madu pun sudah pula ditinggalkan. Entah kenapa, dalam beberapa hari belakangan ini, di benak Radin Pangantin terbetik kerinduan akan kampung halaman yang sudah sekian lama ditinggalkannya. Selain itu, permintaan sang istri untuk segera bertemu dengan ibu mertuanya membuat Radin Pangantin tak mungkin lagi menunda waktu terlalu lama. Maka, beberapa hari kemudian disiapkanlah sebuah kapal besar milik kerajaan lengkap dengan perbekalan beserta para pendamping dan seluruh awak kapalnya. Setelah segala persiapan lengkap, kini bertolaklah kapal megah itu membawa rombongan Radin Pangantin dan istrinya menuju pulau Borneo di seberang lautan. Kapal pun melaju dengan tenang. Setelah berselang minggu berbilang bulan, akhirnya tibalah kapal kerajaan itu di tempat tujuan. Namun, karena besarnya ukuran kapal tersebut, kapal itu tak bisa bersandar langsung di pelabuhan. Sauh diturunkan, tubuh kapal terpaksa harus parkir agak jauh dari beberapa awak kapal memberi tahu kepada penduduk bahwa kapal itu membawa rombongan Radin Pangantin dan istrinya, orang sekampung pun segera menjadi gempar. Mereka berduyun-duyun datang ke pelabuhan untuk menyaksikan langsung kemegahan kapal tersebut. Semua terheran-heran. Semua berdecak kagum. Ada yang geleng-geleng kepala, ada pula yang ragu setengah percaya. “Kapal Radin Pangantin? Benarkah?” ucap seorang penduduk mengungkapkan keraguannya.“Jadi, si Radin sekarang sudah jadi orang kaya-raya?” yang lain menimpali.“Wah, hebat! Luar biasa! Seumur hidupku belum pernah melihat kapal sebesar itu!” timpal yang lain sampai berselang hari, kabar kedatangan Radin Pangantin itu pun akhirnya sampai juga ke telinga sang ibu, Diang Ingsun. Perempuan yang sudah semakin tua renta itu kini benar-benar merasakan kerinduan yang luar biasa. Dalam benaknya segera terbayang kembali saat-saat terakhir ketika ia melepaskan kepergian sang anak semata wayangnya itu bertahun-tahun yang lalu. Tak kuasa ia menahan gejolak perasaannya. Cairan hangat pun segera meleleh dari kedua sudut mata tuanya. Tapi, kini semangat hidupnya kembali menyala. Ia ingin segera bertemu dengan sang anak yang sudah begitu lama yang kurus dan semakin renta itu kini seakan mendapatkan kekuatan baru. Dengan sebilah dayung rompeng, dikayuhnya sampan tua dengan sekuat tenaga untuk segera sampai ke pelabuhan. Tak lupa dibawakannya anak ayam yang kini sudah menjadi ayam jago dan ikan tauman yang kini sudah sangat besar pula. Syahdan, berjam-jam kemudian, sampailah Diang Ingsun di pelabuhan. Orang-orang merasa kasihan melihatnya. Tapi Diang Ingsun tak mau ambil pusing, sampan tua itu terus dikayuhnya hingga mendekati bagian depan kapal tempat Radin Pangantin dan istrinya sedang berdiri bergandeng tangan sambil memandang jauh ke tepi daratan.“Radin Pangantin, anakku! Radin Pangantin, anakku…!!” Diang Ingsun mencoba berteriak-teriak memanggil anaknya di sela-sela guruh geladak depan kapal itu tampak istri Radin Pangantin mengucapkan sesuatu ke telinga sang suami seraya menunjuk-nunjuk ke arah perempuan tua yang sedang berdiri di atas sampan kecil di sisi lambung kapal mereka. “Radin Pangantin, ini ibumu! Ibu sangat merindukanmu, Radin…!!”Radin Pangantin tak bergeming sedikit pun. Meski ia sebenarnya sudah melihat ke arah orang tua itu, tapi rupanya ia merasa malu di depan istrinya untuk mengakui perempuan tua renta dengan pakaian penuh tambalan itu sebagai ibu kandungnya. “Tidak! Kau bukan ibuku. Kamu bukan ibuku…!!” teriak Radin Pangantin lebih keras seraya menunjuk-nunjuk sambil tetap berdiri dengan pongahnya di geladak depan kapal itu.“Radin, percayalah, ini ibumu! Aku ibu kandungmu, Radin…!!”“Tidak, kau bukan ibuku! Kamu bukan ibuku…!!”Sementara itu, di atas geladak kapal megah itu sang istri mencoba membujuk suaminya. “Kakang, kalau dia memang ibumu, kenapa kau harus merasa malu untuk mengakuinya? Kakang, ayolah jemput ibumu dengan baik-baik. Aku tidak malu. Aku akan terima kalau dia memang ibu mertuaku, bagaimana pun keadaannya. Ayolah, Kakang….”Radin Pangantin tetap pada pendiriannya.“Radin Pangantin, ini ibumu! Ini sengaja Ibu bawakan dari kamupung ayam jago dan ikan tauman peliharaanmu dulu. Ini bukti kalau aku adalah ibumu, Radin…!!” Diang Ingsun sekali lagi mencoba bersabar dan terus berusaha meyakinkan anaknya.“Dasar perempuan tua jelek! Sudah kukatakan, kau bukan ibuku…!!”Setelah berkali-kali mencoba tetap bersabar, tapi melihat sikap Radin Pangantin yang sekarang telah tega mendurhakai dan sangat menyakiti hatinya itu, kesabarannya pun akhirnya hilang juga. Maka, kini perempuan itu pun memanjatkan doa kepada Tuhan agar segera memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatannya.“Wahai, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Adil, aku telah mengandungnya selama sembilan bulan sembilan hari, tetapi sekarang dia telah mendurhakaiku. Air susu dibalas dengan air tuba. Maka, kini tunjukkanlah kekuasaan dan keadilanmu!”Belum lagi hilang riak di bibir, seketika datanglah awan hitam bergulung-gulung disertai dengan tiupan badai yang sangat dahsyat. Bunyi guntur dan petir begitu keras bersahutan. Laut mengamuk. Seluruh penumpang menjadi panik. Semua berteriak-teriak histeris meminta pertolongan. Sedetik kemudian, tubuh kapal itu telah melambung tinggi ke atas dan secepat itu pula kembali jatuh terhempas hingga terpenggal menjadi dua bagian yang saling berjauhan. Lalu, setelah segalanya mereda dan kembali tenang seperti sedia kala, tubuh kapal dan seluruh penumpangnya telah berubah wujud menjadi batu. Konon, bagian haluan depan kapal itu kini menjadi Gunung Batu Bini di wilayah Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Sementara, bagian buritan belakang kapal itu kini menjadi Gunung Batu Benawa di Kecamatan Pagat, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Kata benawa berarti “kapal”, sedangkan kata pagat yang kemudian dijadikan nama kecamatan itu diambil dari peristiwa terpenggalnya kapal Radin Pangantin. Karena itu, cerita ini sering pula disebut “Legenda Gunung Batu Benawa”. Lihat Cerpen Selengkapnya KalimantanBarat - Indonesia. Rating : 2.5 (147 pemilih) Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia Timur. Provinsi ini memiliki ratusan sungai besar dan kecil, sehingga dijuluki sebagai wilayah Seribu Sungai .
Jumlah Pengunjung 34,135 Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah – Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Kota Palangkaraya. Berdasarkan sensus tahun 2010, provinsi Kalimantan Tengah ini memiliki populasi jiwa, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Tiga etnis dominan di Kalimantan Tengah yaitu etnis Dayak 46,62%, Jawa 21,67% dan Banjar 21,03%. Baca juga Inilah 5 Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang harus kamu tahu peta kalimantan tengah – foto Kawasan utama etnis Dayak yaitu daerah hulu dan pedalaman, Kawasan utama etnis Jawa yaitu daerah transmigrasi dan Kawasan utama etnis Banjar yaitu daerah pesisir dan perkotaan. Kalimantan Tengah Juga Memiliki Banyak Sekali Legenda Dan Cerita Rakyat Yang Masih Ipertahankan Turun Temurun Hingga Sekarang. Dari Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Tersebut Bahkan Diantaranya Masih Sering Kita Dengar Saat Menceritakan Sesuatu Tempat Di Beberapa Daerah Di Kalimantan Tengah Yang Masih Menjadi Misteri. Berikut Ini 5 Cerita Rakyat Dari Kalimantan Tengah Yang Paling Populer. 1. Asal Usul Pulau Nusa Asal Usul Pulau Nusa Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang tekenal yang pertama adalah tentang Asal Usul Pulau Nusa. Di pinggir Sungai Kahayan hidup seorang pemuda bernama Nusa. Nusa hidup bersama istri dan seorang adik ipar laki-laki. Suatu hari, Nusa dan adik iparnya pergi berburu ikan dengan menyusuri sungai kecil di dekat Sungai Kahayan. Karena di tengah perjalanan ada pohon tumbang yang menghalangi perjalanan mereka, Nusa memutuskan berburu ke hutan. Di hutan, Nusa menemukan sebuah telur besar. Ia dan adik iparnya kemudian membawa telur itu pulang. Sesampainya di rumah, istri Nusa terheran-heran melihat telur yang begitu besar. Ia khawatir telur itu akan mendatangkan marabahaya. Nusa marah dan memutuskan untuk memakan telur itu untuk dirinya sendiri. Ternyata benar telur ini memunculkan malapetaka bagi Nusa, seluruh tubuhnya dipenuhi bercak merah yang panas dan gatal. Makin lama, bercak-bercak merah itu berubah menjadi sisik. Karena tubuhnya terasa panas, Nusa meminta adik iparnya untuk memasukkannya ke dalam Sungai Kahayan. Betapa terkejutnya semua orang, ketika tubuh Nusa masuk ke sungai, Nusa berubah menjadi seekor naga yang sangat besar. Nusa kemudian berpesan kepada istrinya bahwa akan datang hujan lebat disertai badai, dan meminta istrinya beserta warga lain untuk mengungsi. Malamnya, hujan lebat turun dan membuat Sungai Kahayan banjir. Tubuh Nusa terbawa arus hingga muara Sungai Kahayan. Singkat cerita, Naga Nusa mati diserang ribuan ikan di Sungai Kahayan. Tubuhnya habis dan menyisakan tulang belulang yang lambat laun ditumbuhi semak dan pepohonan. Lama kelamaan kerangka Naga Nusa berubah menjadi pulau yang kemudian dikenal dengan nama Pulau Nusa. 2. Asal Usul Danau Malawen Asal Usul Danau Malawen – foto Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang tekenal berikutnya adalah asal usul danau melawan. Dahulu kala dikisahkan ada seorang pemuda bernama Kumbang Banaung. Ia adalah seorang pemuda yang tampan. Ia hidup bersama kedua orangtuanya yang sudah tua dan hidup sangat sederhana. Namun ia adalah seorang anak yang suka bertindak kasar dan memaksa kepada orangtuanya. Ketika ayahnya sedang sakit keras, Kumbang memaksanya untuk menemani dirinya pergi berburu yang tentu saja ditolak. Meskipun dengan bersungut-sungut, akhirnya Kumbang pergi berburu seorang diri. Sebelum ia pergi, ayahnya memberikan sesuatu kepadanya. “Bawalah ini. Ini adalah piring malawen. Jika kau mengalami kesulitan, lemparkanlah piring ini. Kelak kau akan tertolong.” kata sang ayah. Baca juga Ini dia Cerita Rakyat Kalimantan Selatanyang paling terkenal Legenda Danau Malawen Kumbang pun pergi berburu. Tak disangka, di kejauhan ia melihat sebuah desa. Ia berjalan memasuki desa tersebut yang bernama Desa Sanggu. Di sana sedang diadakan semacam pesta rakyat untuk merayakan masa perubahan anak gadis Kepala Desa dari gadis kecil ke ambang kedewasaan. Gadis cantik jelita itu bernama Intan. Seketika, Kumbang jatuh cinta kepada Intan. Keesokan harinya, Kumbang kembali pamit untuk pergi berburu. Padahal, ia pergi ke Desa Sanggu. Akhirnya, Kumbang berhasil berkenalan dengan Intan dan mereka pun sepakat menjalin kasih. Suatu hari, Intan menceritakan bahwa ia telah dijodohkan dengan seorang pengusaha rotan yang kaya raya. Kumbang yang gundah pulang untuk menemui kedua orangtuanya. Kepada orangtuanya ia mengutarakan niatnya untuk segera melamar Intan. Ayah dan Ibu Kumbang merasa keberatan karena perbedaan status sosial. Namun Kumbang bersikeras dan memutuskan ke Desa Sanggu untuk menemui Intan. Ia mengajak Intan untuk pergi dari desa, dan Intan menyetujuinya. Warga yang melihat mereka, berusaha mengejar kedua sejoli tersebut. Dalam kejaran warga, tiba-tiba Kumbang ingat akan benda sakti yang diberikan ayahnya, piring malawen. Segera saja ia melempar piring itu ke tepi sungai. Ajaib sekali, piring tersebut berubah menjadi besar. Kumbang dan Intan naik ke atas piring untuk menyeberang sungai. Mereka bernapas lega, karena mereka selamat dari kejaran warga. Namun, ketika sampai di tengah sungai, tiba-tiba terjadi badai dahsyat disertai petir menyambar dan hujan yang sangat lebat. Piring malawen itu pun terbalik. Sungai itu kemudian menjelma menjadi sebuah danau. Masyarakat kemudian menamakannya dengan Donau Malawen. Konon kabarnya, Kumbang dan Intan berubah menjadi sepasang buaya putih penunggu danau tersebut. 3. Legenda Hantuen Legenda Hantuen – Source Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah lainnya yang cukup terkenal adala Legenda Hantuen. Cerita berawal dari seorang gadis cantik bernama Tapih yang kehilangan topinya di Sungai Rungan. Tapih dan ayahnya kemudian menyusuri Sungai Rungan hingga sampai di Desa Sepang Simin. Ternyata topi Tapih ditemukan oleh pemuda desa itu, yang bernama Antang Taung. Ayah Tapih menawarkan hadiah kepada Antang Taung, namun Antang Taung justru meminta imbalan berupa menikahi Tapih. Namun Tanpa ragu, Tapih menerima pinangan tersebut dan pesta pernikahan pun digelar dengan meriah. Adat istiadat setelah menikah yang mengharuskan pengantin tinggal di rumah orangtua masing-masing secara bergantian dirasa berat karena jarak kedua desa yang jauh. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat jalan pintas antara kedua desa. Dan para Penduduk kedua desa bergotong royong membangun jalan, bahkan mereka mendirikan pondok untuk beristirahat kala lelah. Namun, berkali-kali makanan dan barang-barang di pondok itu raib. Ternyata seekor siluman angkes yang mencurinya. Warga pun menangkap siluman tersebut. Si siluman meminta ampun dan memohon untuk dilepaskan dan menjanjikan untuk membantu warga menyelesaikan pekerjaan jalan dalam waktu tiga hari. Semua orang pun setuju dan siluman angkes tersebut menepati janji. Siluman angkes yang dapat menjelma menjadi pemuda tampan itu pun membuat Tapih dan Antang Taung terkagum-kagum. Dan akhirnya Mereka memutuskan untuk menjadikannya anak angkat. Suatu hari, dikabarkan bahwa Tapih sedang mengandung. Ia mengidam makan ikan tomang. Antang Taung pun segera ke sungai untuk menangkap seekor ikan tomang. Namun ternyata ikan itu menjelma menjadi seorang bayi perempuan yang cantik. Dengan suka cita, Antang Taung menyerahkannya pada Tapih. Bayi itu tumbuh dengan cepat dan menjadi seorang gadis cantik. Ia dan siluman angkes saling jatuh cinta dan akhirnya menikah dan melahirkan seorang bayi. Sayangnya, tak berapa lama bayi tersebut meninggal. Begitu pun dengan bayi yang dikandung Tapih. Sesuai adat istiadat, kuburan bayi akan digali kembali. Ketika kuburan bayi kedua manusia jelmaan tersebut digali, yang ada adalah tulang belulang ikan. Sepasang siluman itu pun meninggalkan desa dengan rasa malu. Mereka memutuskan untuk tinggal di hutan dan melahirkan banyak keturunan di sana. Keturunan mereka disebut dengan hantuen. Hantuen dipercaya mewujud manusia pada siang hari dan berubah menjadi hantu tanpa tubuh yang mengincar darah bayi di malam hari. 4. Patung Abeh patung abeh – oto Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah selanjutnya adalah cerita rakyat yang berjudul Patung Abeh. Zaman dahulu kala di pedalaman Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda dan anaknya. Mereka hidup dengan berkebun atau berladang di pedalaman. Mereka hidup miskin, sementara si anak baru berusia lima tahun. Suatu hari, mereka benar-benar kehabisan beras hingga si anak merengek-rengek kelaparan. Sang ibu berusaha bekerja tiada henti agar anaknya bisa makan. Namun sayang, ketika makanan sudah tersedia, anaknya telah pergi tanpa jejak. Dalam keadaan bingung sang ibu menutup pintu rumah, lalu muncullah si anak dari balik pintu dengan wajah yang tersenyum sembari berkata, “Ibu, biarlah Abeh melupakan segalanya.” Kemudian sosok anak itu hilang dan hanya meninggalkan sebuah patung yang berkilauan dengan wajah mirip dengan Abeh, anak perempuan itu. Dengan penuh duka, sang ibu mengambil patung tersebut dan menyimpannya baik-baik. Patung itu kemudian dikenal dengan nama patung Abeh. Baca juga Inilah Cerita Rakyat dari Kalimantan yang terkenal inilah 6 Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah yang indah 5. Asal Usul Burung Elang Asal Usul Burung Elang Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang juga sering didengar adalah Asal Usul Burung Elang. Pada suatu hari, Raja Sangiang sakit dan meminta anaknya untuk mencari tabib yang telah terkenal dengan obat mujarabnya. Ia segera berangkat keluar desa dan meminta tabib untuk datang ke rumahnya. Namun tabib justru berkata, “ayahmu sudah sembuh!” Sang anak tidak percaya begitu saja, karena ketika ia bereangkat, ayahnya masih dalam keadaan sakit. Akhirnya si tabib memberikan sebuah kipas seraya berkata, “kalau setibanya di sana ayahmu masih sakit, kipaslah ayahmu dengan kedua kipas ini.” Si anak pun pulang dengan perasaan kecewa karena tidak berhasil membawa tabib ke rumah. Namun sungguh ajaib, sesampainya di rumah memanglah ayahnya telah sembuh seakan-akan tidak pernah sakit. Si anak senang ayahnya telah sembuh, namun kecewa karena merasa usahanya mencari tabib sia-sia belaka. Sang ayah yang melihat kekecewaan anaknya pun bertanya, apa yang dipesankan tabib. Anaknya menjawab sesuai yang dipesankan kepadanya. “Kalau begitu kipaslah aku dengan kedua kipas itu,” Raja Sangiang berkata. Namun anaknya menolak dengan mengatakan, “Ah, tak perlu lagi. Ayah sudah sembuh.” Kemudian sang anak membuang kedua kipas tersebut. Kedua kipas itu melayang tinggi ke langit dan menjelma menjadi sepasang burung yang belum pernah dijumpai sebelumnya, dan kini dikenal dengan nama burung elang. ** Itula tadi beberapa Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang tekenal yang hingga sekarang masih sering diceritakan. Semoga membantu kalian yang sedang mencari artikel tentang cerita rakyat.
\n cerita rakyat kalimantan selatan singkat
CeritaRakyat Kalimantan Timur. Cerita Rakyat Sulawesi Selatan. Dahulu, terdapat sebuah negeri yang bernama negeri Luwu, yang terletak di pulau Sulawesi. Dalam waktu singkat, keduanya sudah akrab. Putri Tandampalik merasa pemuda yang kini berada di hadapannya adalah seorang pemuda yang halus tutur bahasanya. Meski ia seorang calon raja
Jumlah Pengunjung 25,001 Cerita Rakyat Kalimantan Selatan merupakan legenda yang sudah ada dari generasi ke generasi, dan menjadi bagian dari budaya disana. Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang berada di selatan wilayah pulau Kalimantan dengan Suku Banjar sebagai suku yang mendominasi kawasan ini. Berikut Ini Adalah 5 cerita rakyat Kalimantan Selatan yang cukup terkenal yang bisa kamu ceritakan. Baca Juga Inilah Cerita Rakyat Maluku yang Paling Terkenal sampai sekarang Daftar Cerita Rakyat Dari Bali yang Terkenal sampai kini 1. Awang Sukma dan Telaga Bidadari Awang Sukma Dan Telaga Bidadari – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal yang pertama adalah cerita tentang Awang Sukma Dan Telaga Bidadari. Ada seorang lelaki muda rupawan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan bertelaga jernih, dan hidup seorang diri. Selain berwajah tampan, dia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya dapat menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarnya. Hingga satu hari dia terbangun dari tidurnya, karena terkejut oleh suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Dia tidak percaya pada pemandangan yang ada di depan matanya. Ada tujuh putri cantik yang turun dari angkasa, dan terbang menuju telaga. Dari tempat persembunyiannya, Awang Sukma dapat menatap ketujuh putri yang sedang berenang tersebut. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari, jika salah satu dari pakaiannya hilang. Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, dia menyembunyikannya ke dalam sebuah lumbung padi. Putri yang kehilangan pakaiannya adalah putri bungsu yang paling cantik. Akibatnya, dia tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Saat dirinya sedang ketakutan dan kesal, Awang Sukma keluar dari mengajak si putri bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya dia pun meminangnya. Sang putri menerima pinangan tersebut, dan menjadi istri dari Awang Sukma, hingga memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama Kumalasari. Ketika satu hari Putri bungsu sedang memburu seekor Ayam, tidak sengaja matanya tertuju pada sebuah lumbung padi. Betapa terkejut dirinya saat menemukan pakaiannya kembali. Kemarahan mulai berkecamuk di dalam dirinya, bercampur dengan rasa cinta kepada suaminya. Dengan berat hati, putri bungsu memutuskan untuk kembali ke kahyangan. Setelah selesai mengenakan pakaiannya, dia menggendong Kumalasari, yang belum genap berusia setahun. Sambil menangis, dia memeluk dan mencium putrinya. Kumalasari pun ikut menangis. Tangis ibu dan anak itu, membuat Awang Sukma terjaga dari tidurnya. Dia terpana ketika melihat sang istri telah mengenakan pakaiannya. Seketika itu pula dia tersadar, bahwa saat perpisahan telah tiba. Sambil menangis, putri bungsu pun berpesan kepadanya, untuk mengambil tujuh biji kemiri, dan memasukkannya ke dalam bakul, jika Kumalasari merindukannya. Awang Sukma harus menggoncangkan bakul tersebut, sambil melantunkan lagu dengan sulingnya. Hal tersebut adalah satu-satunya cara, agar putri bungsu datang kembali untuk menjumpai anak dan suaminya. Pesan istrinya itu dia lakukan. Namun, sebesar apapun kerinduannya terhadap sang istri, mereka tidak mungkin bersatu lagi. 2. Putri Junjung Buih – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Putri Junjung Buih – foto ig kesultananbanjar_official Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal kedua adalah cerita tentang kisah Putri Junjung Buih. Ada sebuah kerajaan bernama Amuntai di Pulau Kalimantan, yang rajanya adalah dua bersaudara. Kedua bersaudara itu bernama Patmaraga atau Raja Tua, dan adiknya Sukmaraga atau Raja Muda. Kedua raja yang rukun tersebut, sayangnya belum memiliki keturunan. Namun hasrat Sukmaraga untuk memperoleh anak, ternyata lebih besar daripada sang kakak. Dia terus berdoa kepada para dewa, agar mendapatkan putra kembar. Akhirnya para dewa mengabulkan permohonan itu, dengan syarat harus bertapa dahulu di suatu pulau. Setelah bertapa sekian lama, datanglah sebuah wangsit, yang meminta istrinya untuk memakan Burung Katsuba. Singkat cerita, sang permaisuri mengandung dan lahirlah sepasang bayi kembar yang sehat dan rupawan. Kabar tersebut memacu semangat Patmaraga untuk juga segera memiliki anak. Rupanya para dewa mengabulkan permintaan Raja Tua, namun dengan cara berbeda. Ketika sedang melewati sungai, dia melihat seorang bayi perempuan yang terapung di sungai, dan berada di atas gumpalan buih. Bayi tersebut kemudian mendapat julukan Putri Junjung Buih. Yang sungguh mengejutkan, ternyata bayi tersebut mampu berbicara. Bayi tersebut meminta selembar kain dan sehelai selimut yang harus ditenun, dalam waktu setengah hari. Raja Tua menyayembarakan permintaan tersebut. Siapapun yang memenangkannya, akan menjadi pengasuh sang bayi. Seorang perempuan bernama Ratu Kuripan memenangkan sayembara itu. Rupanya tidak hanya cakap dalam menenun, dia juga memiliki kekuatan gaib, sehingga mampu memenuhi permintaan sang bayi. Raja Tua memenuhi janjinya, dan mengangkat Ratu Kuripan menjadi pengasuh Putri Junjung Buih, hingga dewasa. 3. Mandin Tangkaramin Air Terjun Mandin Tangkaramin – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang terkenal berikutnya adalah cerita tentang air terjun mandin Tangkaramin. Disikahkan dulu Di sebuah desa bernama Malinau, hiduplah dua orang pemuda bernama Bujang Alai dan Bujang Kuratauan. Kedua pemuda itu selalu hidup bermusuhan, karena sifat mereka yang sangat bertentangan. Bujang Alai merupakan putra seorang kaya dan berwajah tampan. Namun sayang kelebihannya itu membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang angkuh. Sedangkan Bujang Kuratauan memiliki wajah yang biasa biasa saja, dan berasal dari keluarga sederhana. Bujang Alai senantiasa menyelipkan keris di pinggangnya. Tidak jarang dia berlaku sewenang wenang terhadap orang lain, terutama yang miskin. Namun tidak ada seorangpun yang berani melawannya karena mereka takut kepada ayah Bujang Alai. Berbeda dengan saudaranya, Bujang Kuratauan merupakan sosok pemuda yang sopan dan hormat terhadap siapa saja. Bujang Kuratauan juga selalu membawa senjata berupa parang bungkul jika bepergian. Hal itu semata mata hanya untuk membela diri. Pada satu hari terjadilah pertikaian antara dua pemuda tersebut, yang berakhir dengan pertempuran sengit, dan harus berlanjut hingga keesokan harinya. Pertempuran di hari kedua terjadi di sebuah air terjun bernama di Mandin Tangkaramin. Bujang Alai akhirnya tewas dalam pertempuran besar tersebut. Keluarga Bujang Alai tidak dapat menerima kematiannya. Sang Ayah berniat menuntut balas kematian anaknya, dan berencana menyerang Bujang Kuratauan dan keluarganya. Setelah tahu rencana balas dendam tersebut, Bujang Kuratauan dan ayahnya segera mengatur siasat. Seluruh keluarga Bujang Kuratauan menyalakan obor, dan berlari sambil memegangnya di dalam gelap. Kemudian, membuang semua obor tersebut ke dasar sungai Mandin Tangkaramin. Keluarga Bujang Alai yang sedang berselimutkan dengan kemarahan, berlari mengejar obor-obor tersebut, tanpa melihat dimana mereka berada. Setelah sesaat, terdengarlah teriakan keluarga Bujang Alai yang jatuh ke dasar sungai. Tubuh seluruh anggota keluarga Bujang Alai dan para pengikutnya jatuh terhempas menghantam bebatuan tajam di dasar sungai. Cucuran darah yang mengalir, membuat semua batu di air terjun berwarna merah. Hingga saat ini masyarakat sekitar percaya, bahwa bongkahan batu besar berwarna merah tersebut,merupakan batu yang terkena darah keluarga Bujang Alai. Mereka menyebutnya Manggu Masak. 4. Gunung Batu Bini & Gunung Batu Laki Gunung Batu Bini dan Gunung Batu laki – foto adyalbagaits1234 Cerita Gunung Batu Bini dan GUnung Batu Laki juga termasuk Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang juga sangat terkenal. Dahulu ada Angui seorang pemuda yang cekatan dan rajin bekerja. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua bernama Diang Ingsung. Sewaktu kecil, Angui sering pergi mencari ikan di sungai bersama ibunya dengan sampan dari kayu. Ketika sudah dewasa, setiap hari ia pergi mencari rotan ke hutan dan menjualnya. Setelah mengumpulkan rotan, ia membersihkan dan mengikatnya dengan sangat rapi. Pada suatu hari, seorang saudagar datang ke desa itu untuk mengambil rotan dan menukarkannya dengan bahan-bahan kebutuhan pokok. Angui pun ikut menyerahkan semua rotan tersebut, untuk menukarkannya dengan bahan makanan. Saudagar tersebut terkesan melihat ketelatenan Angui saat membersihkan dan mengikat semua rotannya. Kemudian dia pun mengajak Angui untuk berlayar. Angui pulang ke rumah dengan perasaan gembira, dan meminta izin untuk ikut berlayar, walaupun harus meninggalkan ibunya sendirian. Setelah bertahun-tahun Angui bekerja dengan rajin, dan menikahi putri sang saudagar. Tidak berapa lama kemudian, saudagar itu meninggal dunia. Angui dan istrinya pun mendapatkan semua harta saudagar tersebut. Kemudian, Angui berniat untuk mengunjungi ibunya. Istrinya pun menyambut gembira ajakan suaminya. Angui pun meminta anak buahnya menyiapkan perjalanan mereka ke kampung Angui dengan menggunakan kapal yang besar dan megah. Diang Ingsung yang sudah tua renta dan sakit-sakitan bersusah payah untuk mendatangi kapal anaknya di pelabuhan, dengan sampan kayunya. Angui terkejut melihat seorang nenek kumal di atas sampan kayu, yang mendekati kapalnya. Walaupun dia mengenai bahwa itu adalah ibunya, namun dia malu mengakuinya, dan menyuruh anak buahnya untuk mengusirnya. Dengan perlahan, kapal besar itu pun perlahan menjauh dari pantai. Betapa hancur hati Diang Ingsung, karena perilaku anaknya itu. Sambil menangis, dia berdoa agar anaknya menjadi batu beserta segala kekayaannya. Tiba-tiba, langit mendung. Hujan turun dengan derasnya, beserta badai dan petir yang saling menyambar. Kapal Angui terhempas badai dan petir berkali-kali, hingga terbelah menjadi dua. Satu bagian berisi istri dan dayang-dayangnya, sedangkan bagian lainnya adalah Angui dan para awak kapal. Kedua bagian yang terbelah itu pun pelan-pelan karam. Angui sempat berteriak, dan meminta pertolongan ibunya. Namun Diang Ingsung tidak bergeming mendengar teriakan anaknya, ia tetap mendayung sampannya hingga sampai ke daratan. Daratan kampung yang tergenang air, lama-kelamaan surut. Ketika air surut, munculah dua belahan kapal yang sudah membatu. Satu bagian kapal yang berisi istri Angui dan dayang-dayangnya kemudian menjadi Gunung Batu Bini. Sedangkan bagian lainnya yang berisi Angui dan anak buahnya, menjadi Gunung Batu Laki. 5. Asal Mula Burung Punai – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Burung Punai – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang juga tak kalah terkenalnya adalah cerita tentang burung Punai. Tersebutlah ada seorang pemuda bernama Andin, yang merupakan anak sebatang kara, dan juga tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Dia mengembara dari satu desa ke desa lain, menjelajahi hutan belantara dan melewati berbagai negeri seorang diri. Suatu hari, tibalah Andin di Desa Pakan Dalam yang berawa dan bersungai. Di permukaan rawa tersebut, terlihat pemandangan yang sangat indah. Beraneka ragam bunga yang tumbuh mekar dan harum, sehingga burung yang senang mengunjungi daerah itu. Karena banyak burung yang cantik dan merdu di desa itu, banyak penduduk yang bekerja mamulut burung. Melihat kehidupan masyarakat di daerah itu makmur, maka Andin pun memutuskan menetap di sana. Meskipun tidak memiliki lahan untuk bertani atau beternak hewan, namun dia masih memiliki sebuah harapan, yaitu mamulut burung. Dari situlah ia bisa menghidupi dirinya. Sudah satu tahun Andin menetap di desa tersebut, dan penduduk setempat sangat menyukai Andin, karena perangainya baik dan santun. Setiap hari Andin pergi untuk mamulut burung. Karena setiap hari pergi mamulut burung, penduduk desa memanggil Andin dengan sebutan Andin Pulut. Karena keahlian Andin mamulut burung tidak ada yang menandingi di desa itu, maka sebagian besar penduduk memanggilnya Datu Pulut. Seperti biasa, pagi itu Datu Pulut bersiap-siap berangkat mamulut. Tak berapa lama kemudian, ia sudah terlihat di atas sampannya menuju hilir. Setelah menemukan tempat yang cocok, dia pun turun dari sampannya. Lalu, dia mulai memasang pulut di sejumlah pohon di pinggir sungai. Setelah itu, dia kembali ke sampan. Sambil tiduran menunggu pulutnya terkena burung, tiba-tiba hujan turun. Datu Pulut cepat-cepat naik ke daratan. Tak jauh dari tempatnya memasang pulut, terdapat beberapa pohon yang besar dan rindang. Di bawah pepohonan itu terdapat sebuah telaga yang cukup luas dan berair jernih. Datu Pulut sangat senang menemukan tempat berteduh yang nyaman. Saat hujan mulai reda kemudian dia memeriksa jebakan pulutnya. Namun, saat akan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang sedang bergembira. Kemudian Tanpa pikir panjang, dia bersem­bunyi di balik pohon seraya mencari tahu sumber suara tersebut. Tiba-tiba ia tersentak ketika melihat tujuh bidadari melayang-layang turun dari langit menuju telaga. Ketujuh bidadari tersebut mengenakan selendang berwarna pelangi. Andin terpesona oleh bidadari yang berselendang jingga. Para bidadari itu turun dan meletakkan selendangnya di atas bebatuan. Mereka mandi sambil bercengkerama. Pada saat itulah, Datu mengambil selendang yang berwarna jingga, lalu menyembunyikannya ke dalam butah. Setelah hari menjelang senja, satu per satu mereka mengenakan kembali selendangnya. Namun bidadari yang berselendang jingga kehilangan miliknya. Semua saudaranya turut membantu mencari selendang tersebut, namun mereka tidak dapat menemukannya. Hari pun semakin senja. Keenam bidadari tersebut terpaksa meninggalkan bidadari cantik yang malang itu seorang diri. Bidadari yang cantik itu sangat sedih ditinggal saudara-saudaranya, hingga terus menangis. Andin merasa iba melihat bidadari itu, untuk mengajaknya pulang. Setelah sampai di gubuk reyotnya, Andin bercerita kepada sang Bidadari bahwa ia belum berkeluarga dan berniat untuk memperistrinya. Mendengar permintaan itu, sang Bidadari pun bersedia menikah dengannya, karena tidak mungkin kembali ke Kahyangan tanpa selendangnya. Setelah itu, mereka hidup bahagia dan saling menyayangi. Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan keluarga itu. Andin pun semakin rajin dan bersemangat bekerja. Pada suatu hari, sang Bidadari hendak menanak nasi. Namun, persediaan beras di pedaringan habis. Kemudian, dia masuk ke dalam kindai untuk mengambil padi. Sejak menikah dengan Datu Pulut, dirinya tidak pernah mengambil padi di tempat itu. Sang Bidadari terpana melihat sebuah butah tergeletak di sela-sela timbunan biji padi. Ia penasaran ingin mengetahui isinya. Kemudian terbukalah tutup butah itu, dan terkejut melihat selendang ungunya tersimpan disana. Dia pun tersadar, ternyata suaminyalah yang telah mengambil selendangnya beberapa tahun yang lalu. Menjelang senja, Datu Pulut pun pulang bekerja. Sang istri menyambutnya seperti biasa, hingga sang suami tidak mencurigai, bahwa dia telah menemukan selendangnya. Malam semakin larut, Datu Pulut sudah tertidur pulas di samping anaknya. Setelah berpikir keras, dia pun memutuskan untuk meninggalkan bumi. Keesokan pagi Datu Pulut tersentak kaget, ketika melihat istrinya sudah berpakaian lengkap dengan selendang warna jingganya, sambil mendekap anak mereka. Belum sempat Datu Pulut berkata-kata, sang Bidadari langsung berpesan kepadanya, untuk menjaga anak mereka. Dia pun telah memutuskan untuk kembali ke Kahyangan. Satu hal penting lagi yang sang istri pesankan adalah, untuk membuatkannya ayunan di Pohon Berunai jika anaknya menangis. Maka dia akan datang kembali, hanya untuk menyusui anaknya. Namun jika itu terjadi, terlarang bagi Datuk Pulut untuk mendekatinya. Mendengar pesan istrinya, Datu Pulut pun berjanji untuk selalu mengingat pesan itu. Sesaat kemudian, sang bidadari terbang melayang ke angkasa, meninggalkan suami dan putri tercintanya. Sejak saat itu, jika putrinya menangis, Datu Pulut segera membuatkan ayunan di Pohon Berunai yang tak jauh gubuknya. Tak lama setelah itu, datanglah istrinya untuk menyusui anaknya, bersama saudara-saudaranya. Datu Pulut hanya bisa melihat dari arah jauh dengan penuh kesabaran. Meskipun sebenarnya ia sangat merindukan istrinya, perasaan itu terpaksa ia pendam dalam hati. Namun akhirnya Datu Pulut tidak bisa lagi menahan rasa rindu kepada istrinya. Pada suatu hari, saat istrinya sedang menyusui anaknya, secara diam-diam Datu Pulut mendekat. Rupanya ia lupa pada pesan istrinya. Pada saat ia akan menyentuh istrinya, tiba-tiba terjadi keajaiban yang sangat luar biasa. Sang Bidadari dan saudara-saudaranya berubah menjadi tujuh ekor burung punai. Ketujuh burung itu pun terbang ke alam bebas dan meninggalkan Datu Pulut beserta putrinya. Datu Pulut hanya mampu menyesali diri. Setiap kali putrinya menangis, dia membawanya ke bawah Pohon Berunai. Namun istrinya yang telah menjadi Burung Punai tidak pernah datang lagi. Baca Juga Daftar Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah yang terkenal Inilah 4 Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan yang bersejarh Demikianlah ulasan kita kali ini mengenai 5 Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang terkenal dan masih sering diceritakan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi Sobat semua.
FotoIstimewa SuaraKalimantan.com, TAPIN - Dihari akhir pengerjaan Program TNI Manunggal Membangun Desa (TNI), Masyarakat Desa Suato Lama bergantian mengutarakan isi hatinya kepada Satgas TMMD Ke 111 Kodim 1010/Tapin. Selasa, (13/7/2021) Rusman (43) warga Desa Suato Lama menceritakan bahwa Kalau bicara tentang cerita rakyat, rasanya hampir semua daerah di Indonesia punya cerita rakyat masing – masing. Tema dan latar belakang cerita pun tentu berbeda – beda. Di Kalimantan Selatan juga ada cukup banyak cerita rakyat Kalimantan Selatan yang sangat terkenal. Mungkin di antara Anda sudah ada yang tahu apa saja cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Selatan? Berikut kami akan bagikan rekomendasi berbagai judul cerita rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal. Cek yuk daftarnya! 1. Legenda Lok Si Naga Legenda Lok Si Naga merupakan cerita rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal. Legenda ini mengisahkan tentang orang tua berprofesi sebagai nelayan yang selalu berusaha mencari nafkah untuk buah hatinya. Mereka setiap hari selalu pergi mencari ikan. Suatu hari, ketika mereka pergi mencari ikan, sampai sore tiba tak ada satupun ikan yang terjaring ke kailnya. Hingga kemudian kail terasa menangkap sesuatu. Namun setelah dilihat, bukan ikan yang ditangkap melainkan telur. Telur tersebut pun dibuang kembali ke sungai. Namun terjadi hal yang serupa hingga akhirnya telur pun dibawa pulang. Lalu apa yang terjadi setelah telur tersebut dibawa pulang? Baca cerita selengkapnya Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Legenda Lok Si Naga 2. Cerita rakyat asal mula Burung Punai Pernah membaca cerita tentang Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari? Cerita rakyat asal mula Burung Punai ini sangat mirip dengan cerita tentang Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Mengenai cerita tentang Jaka Tarub dan tujuh bidadari, baca Menelusuri Cerita Rakyat Jaka Tarub dan Nawang Wulan yang Melegenda Kembali ke topik, jadi di sebuah desa yang penuh sungai dan rawa bernama Desa Pakan, terdapat seorang pemuda bernama Andin. Pemuda tersebut merupakan seorang pengembara. Ia merupakan pemuda yang piawai menangkap burung dan getahnya. Di desa tersebut, setiap harinya Andin selalu menjerat burung dengan getahnya. Dengan kepiawaian tersebut, Andin diterima masyarakat dengan sangat baik dan bahkan dijuluki sebagai Andin Pulutan atau Datu Pulut. Suatu hari ketika Andin yang juga dijuluki Datu Pulut berangkat memulut, ia menaiki jukungnya menuju hilir sungai. Setelah perjalanan ditempuh cukup lama, ia menemukan tempat yang sesuai untuk memulut. Datu Pulut lantas menghentikan laju jukungnya dan mulai memulut di sana. Tak lama kemudian hujan deras terjadi. Datu Pulut pun berteduh di bawah pohon besar yang rindang. Tak jauh dari tempatnya berteduh tersebut, ia mendapati ada sebuah telaga besar. Di sana suara – suara perempuan yang sedang bersendau gurau terdengar. Datu Pulut pun bergegas mencari sumber suara tersebut. Ia terperanjat karena melihat tujuh bidadari terbang dari langit menuju telaga. Di telaga tersebut sang bidadari mandi dan meletakkan selendangnya di atas bebatuan. Datu Pulut melihat semua tingkah bidadari seraya bersembunyi. Menyaksikan kecantikan sang bidadari, ia pun sangat terpesona hingga tergerak dari hatinya untuk memperistri salah satunya. Lantas, mampukah ia melaksanakan niatnya untuk mempersunting bidadari? Dan apakah endingnya cerita ini mirip dengan cerita tentang Jaka Tarub? Baca kisah selengkapnya Dongeng Dan Cerita Anak Asal Mula Burung Punai 3. Cerita rakyat Putri Junjung Buih Di pulau Kalimantan, terdapat sebuah kerajaan bernama Amuntai yang dipimpin oleh raja dengan dua bersaudara. Mereka hidup rukun dan damai, namun sayangnya keduanya belum memiliki keturunan. Sang kakak bernama Patmaraga yang merupakan raja tua dan adiknya bernama sukmaraga atau raja muda. Keduanya pun berdoa terus kepada sang dewa supaya mendapatkan putra kembar. Hingga suatu hari, mereka mendapat wangsit bahwa mereka akan mendapatkan putra kembar setelah bertapa. Mereka pun bertapa ke sebuah pulau. Sang adik atau raja muda mendapatkan wangsit lebih dulu. Istrinya diminta untuk memakan burung katsuba. Kemudian sang permaisuri pun mengandung dan lahir sepasang bayi kembar yang sehat nan rupawan. Kabar tersebut tentu memacu semangat sang kakak atau raja tua agar segera memiliki anak. Sang dewa pun akhirnya mengabulkan permintaan sang kakak atau raja tua namun dengan cara yang berbeda. Ketika Patmaraga atau raja tua melewati sungai, ia melihat ada seorang bayi perempuan yang terapung di sungai dan berada di atas gumpalan buih. Bayi tersebut kemudian mendapat julukan Putri Junjung Buih. Mengejutkannya lagi, bayi tersebut ternyata mampu berbicara. Sang bayi meminta satu lembar kain dan satu helai selimut yang harus ditenun dalam waktu hanya setengah hari saja. Ingin mengabulkan permintaan sang anak, raja tua membuat sayembara untuk memenuhi permintaan tersebut dan berkata bahwa siapapun yang memenangkan sayembara tersebut akan menjadi pengasuh bayinya. Sayembara dimenangkan seorang perempuan bernama Ratu Kuripan dan ia tidak hanya pandai menenun melainkan juga memiliki kekuatan gaib. Raja pun memenuhi janjinya dan Ratu Kuripan menjadi pengasuh bayi yang diberi nama Putri Junjung Buih sampai dewasa. Adakah cerita rakyat Kalimantan Selatan lainnya? Baca Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik Itulah sedikit informasi yang kami dapat sampaikan dan ulas tentang cerita rakyat Kalimantan Selatan terkenal yang punya pesan moral baik juga. Semoga apa yang kami sampaikan di atas menjadi informasi yang inspiratif dan menambah wawasan.
dimekarkanmenjadi Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur; Kabu- Cerita Rakyat Daerah Kalimantan . Tengah ( 1978/1979), Cerita Rakvat Daerah Kalimantan Tengah ( 1994/1995), Cerita dongeng adalah cerita singkat tentang suatu hal yang lengkap dan selesai dalam lingkungannya yang singkat itu. Pendengar mengerti
Kisah Asal Usul Banjarmasin Kalimantan SelatanPada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu bersama putranya, Raden Sari Kaburangan alias Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seorang penganut Syiwa. la mendirikan candi dan lingga terbesar di Kalimantan Selatan. Candi yang didirikan itu bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang adalah Maharaja Sukarama. Pada masa pemerintahannya, pergolakan berlangsung terus-menerus. Walaupun Maharaja Sukarama mengamanatkan agar cucunya, Pangeran Samudera, kelak menggantikan tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik tidak hentinya mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan. Konon, siapa pun menduduki takhta akan merasa tidak aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi akhirnya terbunuh dalam suatu usaha perebutan kekuasaan. Sejak itu, Pangeran Tumenggung menjadi penguasa kerajaan yang sah, Pangeran Samudera, pasti tidak aman jika tetap tinggal dalam Lingkungan kerajaan. Atas bantuan patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan diri. Ia menyamar dan hidup di daerah sepi di sekitar muara Sungai Barito. Dari Muara Bahan, bandar utama Nagara Daha, mengikuti aliran sungai hingga ke muara Sungai Barito, terdapat kampung-kampung yang berbanjar-banjar atau berderet-deret melintasi tepi-tepi sungai. Kampung-kampung itu adalah Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Balitung, dan antara kampung-kampung itu, Banjar-lah yang paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibentuk oleh lima aliran sungai yang muaranya bertemu di Sungai letaknya yang bagus, kampung Banjar kemudian berkembang menjadi bandar, kota perdagangan yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negeri. Bandar itu di bawah kekuasaan seorang patih yang biasa disebut Patih Masih. Bandar itu juga dikenal dengan nama Bandar Masih mengetahui bahwa Pangeran Samudera, pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya. Kemudian, ia mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, dan Patih Kuin untuk berunding. Mereka bersepakat mencari Pangeran Samudera di tempat persembunyiannya untuk dinobatkan menjadi raja, memenuhi wasiat Maharaja diangkatnya Pangeran Samudera menjadi raja dan Bandar Masih sebagai pusat kerajaan sekaligus bandar perdagangan, semakin terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Apalagi para patih tidak mengakuinya lagi sebagai raja yang sah. Mereka pun tidak rela menyerahkan upeti kepada Pangeran Tumenggung di Nagara Tumenggung tidak tinggal diam menghadapi keadaan itu. Tentara dan armada diturunkannya ke Sungai Barito sehingga terjadilah pertempuran besar-besaran. Peperangan berlanjut terus, belum ada kepastian pihak mana yang menang. Patih menyarankan kepada Pangeran Samudera agar minta bantuan ke Demak. Konon menurut Patih Masih, saat itu Demak menjadi penakluk kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa dan menjadi kerajaan terkuat setelah Samudera pun mengirim Patih Balit ke Demak. Demak setuju nnemberikan bantuan, asalkan Pangeran Samudera setuju dengan syarat yang mereka ajukan, yaitu mau memeluk agama Islam. Pangeran Samudera bersedia menerima syarat itu. Kemudian, sebuah armada besar pun pergi menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu terdiri atas tentara Demak dan sekutunya dari seluruh Kalimantan, yang membantu Pangeran Samudera dan para patih pendukungnya. Kontak senjata pertama terjadi di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung berhasil dipukul mundur dan bertahan di muara Sungai Amandit dan Alai. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Panji-panji Pangeran Samudera, Tatunggul Wulung Wanara Putih, semakin banyak berkibar di tempat-tempat Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa, sedih melihat demikian banyak korban rakyat jelata dari kedua belah pihak. Ia mengusulkan kepada Pangeran Tumenggung suatu cara untuk mempercepat selesainya peperangan, yakni melalui perang tanding atau duel antara kedua raja yang bertikai. Cara itu diusulkan untuk menghindari semakin banyaknya korban di kedua belah pihak. Pihak yang kalah harus mengakui kedaulatan pihak yang menang. Usul Arya Terenggana ini diterima kedua belah Tumenggung dan Pangeran Samudera naik sebuah perahu yang disebut talangkasan. Perahu-perahu itu dikemudikan oleh panglima kedua, belah pihak. Kedua pangeran itu memakai pakaian perang serta membawa parang, sumpitan, keris, dan perisai atau saling berhadapan di Sungai Parit Basar. Pangeran Tumenggung dengan nafsu angkaranya ingin membunuh Pangeran Samudera. Sebaliknya, Pangeran Samudera tidak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran Samudera mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia rela mati di tangan orang tua yang pada dasarnya tetap diakui sebagai luluh juga hati Pangeran Tumenggung. Kesadarannya muncul. la mampu menatap Pangeran Samudera bukan sebagai musuh, tetapi sebagai keponakannya yang di dalam tubuhnya mengalir darahnya sendiri. Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya. Kemudian, Pangeran Samudera dipeluk. Mereka hati tulus, Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera. Artinya, Nagara Daha ada di tangan Pangeran Samudera. Akan tetapi, Pangeran Samudera bertekad menjadikan Bandar Masih atau Banjar Masih sebagai pusat pemerintahan sebab bandar itu lebih dekat dengan muara Sungai Barito yang telah berkembang menjadi kota perdagangan. Tidak hanya itu, rakyat Nagara Daha pun dibawa ke Bandar Masih atau Banjar Masih. Pangeran Tumenggung diberi daerah kekuasaan di Batang Alai dengan seribu orang penduduk sebagai rakyatnya. Nagara Daha pun menjadi daerah seorang raja yang beragama Islam, Pangeran Samudera mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah. Hari kemenangan Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September 1526, dijadikan hari jadi kota Banjar Masih atau Bandar setiap kemarau landang panjang air menjadi masin asin, lama-kelamaan nama Bandar Masih atau Banjar Masih menjadi Sultan Suriansyah pun meninggal. Makamnya sampai sekarang terpelihara dengan baik dan ramai dikunjungi orang. Letaknya di Kuin Utara, di pinggir Sungai Kuin, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II tanggal 24 September Wali Kota Madya Banjarmasin dan para pejabat berziarah ke makam itu untuk memperingati kemenangan Sultan Suriansyah atas Pangeran Tumenggung. Sultan Suriansyah adalah sultan atau raja Banjar pertama yang beragama Islam. halloteman semua, info nih,,buat teman Suku Dayak dan semuannya deh, bahwa Festiva Pesona Borneo 2017 akan segera diselenggarakan, yang diikuti oleh 4 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, yang rencananya akan diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah pada tanggal 28-30 Juni ini. dan berita ini sudah tersebar di beberapa media pemberitaan online

Legenda Telaga Bidadari Kalimantan SelatanLegenda Telaga Bidadari Kalimantan Selatan Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang...Read More Legenda Telaga Alam Banyu Batuah Kalimantan SelatanLegenda Telaga Alam Banyu Batuah Kalimantan Selatan Pada zaman dahulu, ada sebuah kampung kecil...Read More Legenda Naga Kalimantan SelatanLegenda Naga Kalimantan Selatan Pada jaman dahulu tersebutlah seorang lelaki bernama Nusa. Ia...Read More Putri Junjung Buih Kalimantan SelatanPutri Junjung Buih Kalimantan Selatan Alkisah di Kalimantan Selatan, berdirilah Kerajaan...Read More Pangeran Biawak dan Putri Bungsu Kalimantan SelatanKisah Pangeran Biawak dan Putri Bungsu Kalimantan Selatan Dahulu kala di suatu pedalaman,...Read More Legenda Asal Mula Pulau Kambang Kalimantan SelatanLegenda Asal Mula Pulau Kambang Kalimantan Selatan Jika kita berwisata ke Pasar Terapung Muara...Read More Ning Rangda Kalimantan SelatanKisah Ning Rangda Kalimantan Selatan Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa di daerah Kalimantan...Read More Legenda Dewi Luing Indung Bunga Kalimantan SelatanLegenda Dewi Luing Indung Bunga Kalimantan Selatan Alkisah pada zaman dahulu di daerah...Read More Kisah Datu Pulut, Asal Mula Burung Punai Kalimantan SelatanKisah Datu Pulut, Asal Mula Burung Punai Kalimantan Selatan Konon, di daerah Kalimantan Selatan,...Read More Asal Usul Banjarmasin Kalimantan SelatanKisah Asal Usul Banjarmasin Kalimantan Selatan Pada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan...Read More Legenda Datu Pujung Kalimantan SelatanLegenda Datu Pujung Kalimantan Selatan Alkisah, di daerah Kalimantan Selatan telah berdiri...Read More Lok Si Naga Kalimantan SelatanLok Si Naga Kalimantan Selatan Alkisah ada sebuah keluarga nelayan di suatu daerah di Kalimantan...Read More

2 Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II. Berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 3 kabupaten yaitu Kabupaten Barito, Kapuas dan Kota Waringin. Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 Provinsi
Setelah adik-adik selesai membaca salah satu kisah yang diambil dari kumpulan legenda cerita rakyat dari Kalimantan Selatan ini, adik-adik tentu akan berpendapat bahwa cerita rakyat Indonesia ini memiliki persamaan dalam unsur cerita rakyat dengan salah satu cerita rakyat Nusantara dari daerah Sumatera Barat. Iya benar tebakan adik-adik, cerita rakyat kali ini sangat mirip dengan Cerita Rakyat Malin kundang. Walaupun cerita kali ini tidak terkenal seperti Kisah Malin Kundang namun legenda rakyat Putmaraga sangat menarik untuk disimak. Ingat yah pesan dari Hikayat Putramaraga adalah agar kita selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Hikayat Putmaraga Tersebutlah sebuah keluarga miskin yang tinggal di desa Kalampaian. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu dan anak lelaki satu-satunya. Putmaraga nama anak lelaki itu. Sepeninggal sang ayah, kehidupan keluarga itu bertambah kesulitan. Kerap Putmaraga dan ibunya merasakan kekurangan. Pada suatu malam ibu Putmaraga bermimpi didatangi seorang nenek renta. Si nenek renta berujar kepadanya, “Galilah tanah di belakang rumahmu, di antara pohon nangka.” Keesokan harinya ibu Putmaraga mengajak anaknya untuk menggali tanah di belakang rumahnya sesuai pesan nenek renta dalam impiannya. Tidak mereka duga, mereka menemukan sebuah guci Cina yang sangat besar. Isi guci besar itu membuat ibu Putmaraga dan Putmaraga amat tercengang. Mereka mendapati intan dan berlian yang sangat banyak jumlahnya di dalam guci. Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan Putmaraga memberikan usulnya, “Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini.” Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku. Kepala Suku menyarankan agar mereka membawa intan dan berlian itu ke Medangkamulan. Katanya, “Raja Medangkamulaan terkenal kaya raya. Ia tentu mampu membeli intan dan berlian kalian yang sangat mahal harganya ini.” Ibu Putmaraga akhirnya meminta anaknya itu berangkat menuju Medangkamulan. Ia berpesan agar anaknya itu senantiasa bersikap jujur dan tidak sombong. “Lekas engkau kembali setelah berhasil menjual intan dan berlian ini.” Putmaraga berjanji akan mematuhi semua pesan ibunya. Dengan menumpang sebuah kapal besar milik seorang saudagar, Putmaraga akhirnya tiba di Medangkamulan. Benar seperti saran Kepala Suku, Raja Medangkamulan bersedia membeli intan dan berlian itu dengan harga yang pantas. Raja Medangkamulan malah menyarankan agar Putmaraga tinggal di Medangkamulan. Putmaraga lantas berdagang. Usaha perdagangannya membuahkan hasil yang banyak baginya. Di Medangkamulan itu Putmaraga terus membesarkan usaha dagangnya hingga beberapa tahun kemudian Putmaraga telah dikenal sebagai seorang saudagar yang sangat berhasil. Ia adalah saudagar terkaya di Medangkamulan. Raja Medangkamulan sangat terkesan dengan semangat dan usaha Putmaraga. Ia pun menikahkah salah satu putrinya dengan Putmaraga. Usaha dagang Putmaraga kian membesar setelah ia menjadi menantu Raja Medangkamulan. Putmaraga menyatakan kepada istrinya bahwa ia masih mempunyai ibu. Ia bahkan menjanjikan kepada istrinya untuk menemuinya ibunya. Karena janjinya itu maka istrinya berulang-ulang menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibu Putmaraga itu. Karena terus didesak istrinya, Putmaraga tak lagi bisa mengelak. Ia segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiapkan kapal yang besar lagi mewah miliknya yang akan digunakannya untuk berlayar ke kampung halamannya. Setelah berlayar beberapa waktu Iamanya, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu akhirnya merapat di pelabuhan Banjar, di wilayah asal Putmaraga. Dalam waktu tak berapa lama kedatangan Putmaraga dengan kapal miliknya itu menyebar diketahui warga. Kekaguman warga pun tertuju pada Putmaraga, seseorang yang dahulu mereka kenal hidup miskin bersama ibunya. Tak terkirakan gembira dan bahagianya hati Ibu Putmaraga ketika mendengar kedatangan anaknya. Sampan kecilnya segera dikayuhnya menuju tempat di mana kapal anaknya tengah merapat. Kerinduannya bertahun-tahun kepada anaknya itu hendak dituntaskannya. Seketika mendekati kapal yang besar lagi mewah itu, Ibu Putmaraga lantas menyebutkan kepada penjaga kapal, “Saya ini ibu Putmaraga. Sampaikan kepada Putmaraga, saya ingin bertemu dengannya.” Dari geladak kapalnya, Putmaraga melihat kedatangan ibunya. Mendadak ia merasa malu hati mengakui jika perempuan tua yang berpakaian lusuh lagi kumal itu adalah ibunya. Putmaraga menolak kedatangan ibunya dan bahkan memerintahkan kelasinya untuk mengusir ibunya. Katanya keras-keras seraya bertolak pinggang, “Usir perempuan tua buruk rupa yang mengaku ibu kandungku itu! Ia bukan ibuku! Ia hanya mengaku-ngaku!” Tak terkirakan terperanjatnya Ibu Putmaraga mendengar ucapan anaknya. Ia berusaha keras untuk menyadarkan anaknya, namun Putmaraga tetap juga menolak untuk mengakui sebagai anaknya. Bahkan, ketika istrinya pun turut menyadarkan, Putmaraga tetap bersikukuh jika perempuan tua itu bukan ibunya. Ibu Putiparaga bergegas pulang ke rumahnya. Ia mengambil ayam bekisar jantan dan ikan ruan yang dahulu dipelihara Putmaraga. Seketika ia telah kembali ke kapal besar milik Putmaraga, ia pun menunjukkan dua hewan itu seraya berkata, “Putmaraga anakku, Iihatlah dua binatang kesayanganmu ini. keduanya tetap Ibu rawat selama engkau pergi ke Medangkamulan. Apakah engkau masih tidak percaya jika aku ini ibumu?” “Tidak!” seru Putmaraga. “Engkau bukan ibuku! Engkau hanya perempuan tua yang mengaku-ngaku sebagai ibuku karena menginginkan harta kekayaanku! Kelasi, usir perempuan tua itu dari kapalku ini!” Putmaraga sangat jengkel karena melihat ibunya tetap berusaha menjelaskan jika ia adalah ibu Putmaraga. Karena jengkelnya, Putmaraga lantas melempari ibunya dengan kayu-kayu. Salah satu lemparan itu telak mengena ibunya hingga ibunya jatuh terpelanting. Ibu Putmaraga merasa putus asa. Sakit benar hatinya mendapati sikap anaknya yang durhaka terhadapnya itu. Ia pun kembali ke rumahnya seraya mengayuh sampan kecilnya. Air matanya terus bercucuran ketika meninggalkan kapal milik anaknya itu. Dengan hati remuk redam, ia pun berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhan, sadarkanlah kedurhakaan anak hamba itu.” Seketika setelah ibu Putmaraga berdoa, alam tiba-tiba menampakkan kemarahannya. Langit yang semula cerah berubah menjadi amat gelap. Awan hitam bergulung-gulung. Kilat berkerjapan laksana merobek-robek langit yang disusul dengan gelegar petir berulang-ulang. Angin topan mendadak datang, menciptakan gelombang yang menderu-deru dengan kekuatan dahsyatnya. Semua kemarahan alam itu seperti tertuju pada Putmaraga yang kebingungan serta ketakutan di dalam kapal besar lagi mewahnya. Kapal Putmaraga seketika itu digulung gelombang air berkekuatan dahsyat. Sadarlah Putmaraga akan kedurhakaan besarnya terhadap ibu kandungnya. Ia pun berteriakteriak meminta ampun kepada ibunya. Namun, semuanya telah terlambat bagi Putmaraga. Kedurhakaan besarnya kepada ibunya tidak berampun. Kapal besar lagi mewah itu sirna ditelan ombak besar bergulung. Seketika alam telah kembali tenang, kapal besar lagi mewah milik Putmaraga itu mendadak menjadi batu. Pesan moral dari Kumpulan Legenda Cerita Rakyat Hikayat Putmaraga adalah kedurhakaan kepada orangtua, terutama ibu, akan berbuah kemurkaan Tuhan. Sekali-kali janganlah kita berani durhaka jika tidak ingin mendapatkan kemurkaan Tuhan.

Dibawahini beberapa catatan singkat tentang kerajaan di Kalimantan:-Kutai Karta Negara di Kaltim :[4] Kalimantan Timur mempunyai sejarah yang berbeda dengan propinsi - propinsi lainnya di Negara Republik Indonesia. Sejarah tersebut antara lain adanya kerajaan yang tertua pada abad ke - VI yaitu kerajaan Mulawarman Nala Dewa.Turunan Raja Mulawarman dapat berlanjut sampai dengan Raja ke

Kali ini kami mencoba memposting kumpulan cerita rakyat Kalimantan terpopuler dan terbaik koleksi yang kami miliki. Semua Legenda dari pulau terbesar di Indonesia ini kami sisipkan pesan moral didalamnya. Semoga dengan membaca cerita rakyat dari Kalimantan ini dapat memberi manfaat untuk anak-anak Indonesia. Selamat membaca dan mendongeng yah Papa dan Mama. Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Paling Populer 1. Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Mandin Tangkaramin Alkisah di sebuah desa yang bernama Malinau di Kalimantan Selatan, hiduplah dua orang pemuda bernama Bujang Alai dan Bujang Kuratauan. Kedua pemuda itu selalu hidup bermusuhan karena sifat mereka yang sangat bertentangan. Bujang Alai merupakan putra seorang kaya dan berwajah tampan. Namun sayang kelebihannya itu membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang angkuh. Sementara Bujang Kuratauan memiliki wajah yang biasa biasa saja dan berasal dari keluarga sederhana. Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Mandin Tangkaramin Kemanapun ia pergi, Bujang Alai senantiasa menyelipkan keris di pinggangnya. Pemuda itu selalu berusaha menunjukkan kepada semua orang siapa dirinya. Tak jarang ia berlaku sewenang wenang terhadap orang lain, utamanya warga kampungnya yang miskin. Sampai saat ini tak ada seorangpun yang berani melawannya karena mereka takut kepada ayah Bujang Alai. Berbeda dengan Bujang Alai, Bujang Kuratauan merupakan sosok pemuda yang sopan dan hormat terhadap siapa saja. Pemikirannya yang cermerlang membuatnya disegani warga walaupun usianya masih muda. Bujang Kuratauan juga selalu membawa senjata berupa parang bungkul jika bepergian. Hal itu ia lakukan semata mata untuk membela diri. Beberapa kali Bujang Alai mencari gara gara supaya berkelahi dengannya. Pada suatu ketika, Desa Malinau gempar. Sebuah keluarga kehilangan anak gadisnya yang tiba tiba lenyap begitu saja. Warga desa telah membantunya mencari ke seluruh pelosok kampung, bahkan sampai ke hutan, namun tak ada jejak sang gadis sedikitpun. Orang tua sang gadis yang mulai putus asa tak berhenti menangis. Ditengah kegemparan yang melanda kampung Malinau, tiba tiba Bujang Alai berkata dengan lantangnya. “Di rumahku ada seorang gadis yang kusembunyikan. Siapa saja boleh menjemput gadis itu setelah berhasil menahan mata kerisku”, suaranya terdengar pongah. Semua warga tak menyangsikan bahwa ucapannya itu ditujukan kepada Bujang Kuratauan. “Apa maksudmu siapa saja boleh menjemput gadis itu ?’, tanya Bujang Kuratauan yang panas hati mendengar ucapan Bujang Alai. “Lepaskan gadis itu dan kembalikan pada orang tuanya”, teriaknya dengan suara keras. Bujang Alai tersenyum senang. Ia merasa pancingannya kali ini berhasil. “Sebentar lagi orang ini akan menyerangku”, pikirnya. “Aku punya kesempatan untuk menghabisinya”. Bayangan kemenangan membuat senyum Bujang Alai semakin lebar. “Kalau kau ingin membawa gadis itu kepada orang tuanya, hadapi aku dulu”, tantang Bujang Alai. Pemuda itu segera mencabut kerisnya dan mengambil posisi siap menyerang. Bujang Kuratauan tak mampu menahan emosinya lagi. Segera saja ia mengeluarkan parang bungkul yang selalu dibawanya. Perkelahianpun tak terelakkan lagi. Bujang Alai dan Bujang Kuratauan bertempur dengan sengit. Mereka saling menyerang. Kedua pemuda itu sama sama tangguh. Mereka berhasil menangkis setiap serangan yang dilancarkan lawan. Karena hari sudah petang, Bujang Alai menantang Bujang Kuratauan untuk melanjutkan pertarungan mereka esok pagi. “Aku akan melayani dimana saja dan kapan saja kau hendak bertarung denganku”, jawab Bujang Kuratauan tegas. Ia sungguh tak dapat menerima tindakan Bujang Alai menyembunyikan anak gadis orang seenaknya. “Baik kalau begitu, esok pagi kutunggu kau di Mandin Tangkaramin”, ujarnya sambil berlalu. Mandin Tangkaramin merupakan air terjun yang terletak tak jauh dari Desa Malinau. Air terjun itu tak terlalu tinggi dan dikelilingi hutan lebat. Dibawahnya terdapat banyak bongkahan batu besar dan kecil. Tak lama setelah fajar menyingsing, Bujang Alai dan Bujang Kuratauan telah tiba disitu. Pertarungan segera dilanjutkan. Parang bungkul dan keris yang beradu menghasilkan bunyi berdentang dan percikan api. Bujang Alai dan Bujang Kuratauan mengeluarkan segenap keahlian yang mereka miliki. Setelah bertarung cukup lama, kedua pemuda terlihat mulai kelelahan. Mungkin karena keinginannya untuk segera menghabisi lawannya, Bujang Alai mulai kehilangan kendali. Ia menyerang Bujang Kuratauan membabi buta. Kerisnya disabet tanpa henti sampai ia kehabisan tenaga. Satu saat pantulan sinar matahari dari kerisnya menyilaukan matanya. Bujang Alai sempat lengah. Pada saat itulah parang bungkul milik Bujang Kuratauan menghantam tubuhnya dengan keras. Tubuh Bujang Alai terhuyung dan tersungkur. Ia mati seketika. Berita terbunuhnya Bujang Alai dalam pertarungan melawan Bujang Kuratauan segera menyebar di Desa Malinau dan sekitarnya. Keluarga Bujang Alai tak dapat menerima kematiannya. Ayahnya sangat terpukul mendapati putranya mati dengan tubuh lebam karena hantaman parang bungkul Bujang Kuratauan. Iapun berniat menuntut balas dengan berencana menyerang Bujang Kuratauan dan keluarganya. Bujang Kuratauan bukan tak tahu keluarga Bujang Alai akan menuntut balas. Apalagi desas desus yang terdengar kalau rumahnya akan diserang semakin santer. Oleh karena itu Bujang Kuratauan dan ayahnya segera mengatur siasat. Setelah beberapa hari menunggu, tibalah saat yang dinanti. Bujang Kuratauan dan keluarganya yang tak pernah tidur di rumah sejak kejadian itu segera menjalankan siasat mereka begitu mendengar suara ramai dari kejauhan. Seluruh anggota keluarga Bujang Kuratauan menyalakan obor dan berlari sambil memegangnya. “Ayo cepat..”, teriak ayah Bujang Kuratauan yang memimpin di depan. Pengalamannya keluar masuk hutan membuatnya tahu persis arah yang dituju meski dalam kegelapan. Keluarga Bujang Alai terus berlari mengikuti obor yang dibawa keluarga Bujang Kuratauan. Rasa marah membuat mereka berlari kencang tanpa lelah. “Sekaraaaangg…..”, teriak ayah Bujang Kuratauan. Seluruh anggota keluarga segera mengikutinya melempar obor yang mereka pegang. Keluarga Bujang Alai yang berlari mengejar obor tak melihat dimana mereka berada. “Aaaaaaaaaa….…..”, terdengar teriakan keluarga Bujang Alai yang jatuh ke dasar sungai. Rupanya ayah Bujang Kuratauan dan keluarganya membuang obor mereka ke dasar sungai tempat jatuhnya air terjun Mandin Tangkaramin. Tubuh seluruh anggota keluarga Bujang Alai dan para pengikutnya yang jatuh terhempas menghantam batu batu tajam di dasar sungai. Cucuran darah yang mengalir membuat batu batu disitu berwarna merah. Sampai kini masyarakat sekitar percaya bongkahan batu besar berwarna merah seperti kulit manggis yang masak merupakan batu yang terkena darah keluarga Bujang Alai. Mereka menyebutnya Manggu Masak. Pesan moral dari cerita rakyat Kalimantan Selatan ini adalah jangan berlaku sombong dan sesuka hati. Orang yang jahat akan mendapat balasan dari kejahatannya. 2. Cerita Rakyat Ringkas dari Kalimantan Timur Legenda Danau Lipan Pada masa lampau tersebutlah sebuah kerajaan di Muara Kaman, Kutai, yang dipimpin oleh seorang putri yang cantik jelita bernama Aji Bedarah Putih. Sang putri dinamai demikian karena jika ia menyirih dan menelan airnya, maka tampaklah air sirih bercampur pinang yang berwarna merah itu mengalir melalui tenggorokannya. Kecantikan Putri Aji Bedarah Putih terkenal luas bahkan sampai ke negeri Cina. Alkisah ada seorang raja dari negeri itu yang tertarik akan kabar kecantikan sang putri. Iapun segera berlayar dengan pasukannya ke Kutai guna melamar Putri Aji Bedarah Putih untuk dijadikan istrinya. Cerita Rakyat Ringkas dari Kalimantan Timur Kedatangan raja dari Cina itu disambut baik oleh Putri Aji Bedarah Putih. Seperti biasa, sang putri menjamu setiap tamu yang berkunjung ke kerajaannya. Begitu pula dengan raja dari Cina yang menjadi tamunya kali ini. Mereka makan bersama sebagai tanda penghormatan bagi sang raja. Baca kisah lengkapnya pada link berikut ini Legenda Danau Lipan 3. Cerita Dongeng Rakyat Dari Kalimantan Barat Asal Mula Sungai Landak Di sebuah desa, tinggallah sepasang suami istri. Setiap hari mereka bekerja sebagai petani palawija. Walaupun hidup sangat sederhana, mereka selalu bersedia membantu para tetangga sebisa mereka. Suatu malam, sang suami tidak bisa tidur karena hatinya sangat gelisah. Ketika ia menoleh kepada istrinya yang sedang tertidur pulas, ia sangat terkejut. Seekor lipan yang tubuhnya bersinar putih keluar dari kepala istrinya. Lipan itu merayap turun dan keluar dari rumah. Merasa penasaran, sang suami mengikuti ke mana lipan itu pergi. Lipan masuk ke sebuah lubang kecil di dekat rumahnya dan tidak keluar-keluar lagi. Keesokan paginya, sang suami menceritakan kejadian aneh itu kepada istrinya. “Ibu pun semalam bermimpi aneh Pak. Ibu seperti berada di dekat sebuah danau. Tiba-tiba, ibu melihat sekor landak raksasa di tengah danau. Landak itu berbulu kuning keemasan. Apakah mimpiku ini ada hubungannya dengan yang Bapak lihat semalam? Mungkin itu suatu pertanda baik, Pak. Bagaimana kalau kita tengok saja lubang tempat lipan itu bersembunyi?” usul istrinya. Cerita Dongeng Rakyat Dari Kalimantan Barat Baca kisah lengkapnya pada link berikut ini Cerita Dongeng Rakyat Dari Kalimantan Barat Asal Mula Sungai Landak 4. Cerita Rakyat dari Kalteng Kalimantan Tengah Asal Usul Danau Malawen Dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Kumbang Banaung. Ia adalah seorang pemuda yang tampan. Ia hidup bersama kedua orangtuanya yang sudah tua dan hidup sangat sederhana. Sifat Kumbang tidak serupawan wajahnya. Ia sering bertindak kasar kepada orangtuanya dan selalu memaksakan kehendak. Ketika ayahnya sedang sakit keras, Kumbang memaksanya untuk menemani dirinya pergi berburu. “Tidakkah kau kasihan kepada ayahmu yang sedang sakit ini, Nak?” tanya ibunya dengan sedih, “Kau pergilah sendiri, Ibu akan membawakan kau bekal makanan “ Meskipun dengan bersungut-sungut, akhirnya Kumbang pergi berburu seorang diri. Sebelum ia pergi, ayahnya memberikan sesuatu kepadanya. “Bawalah ini. Ini adalah piring malawen. Jika kau mengalami kesulitan, lemparkanlah piring ini. Kelak kau akan tertolong.” kata sang ayah. Cerita Rakyat dari Kalteng Asal Usul Danau Malawen Baca kisah lengkap dongeng rakyat ini pada posting kami berikut ini Asal Usul Danau Malawen 5. Kumpulan Cerita Anak Kalimantan Kisah Pangeran Biawak Tersebutlah sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja mempunyai tujuh orang putri. Kesemuanya cantik dan menarik. Tujuh putri raja itu pun beranjak dewasa usianya. Sangat mengherankan, ketujuh putri itu tidak menampakkan keinginannya untuk segera berumah tangga. Sang Raja menjadi sedih hatinya. Ia berkehendak melihat putri-putrinya itu menikah sebelum ia meninggal dunia. Namun, ketika kehendak Sang Raja itu disampaikan, tujuh putri Sang Raja memberikan alasan yang senada. Kata Putri Sulung yang mewakili enam adik-adiknya, “Ampun Ayahanda, kami belum berminat menikah karena kami belum menemukan sosok yang pantas menjadi suami kami. Kami menghendaki calon suami kami adalah pemuda-pemuda yang tidak hanya tampan wajahnya, namun juga mempunyai kesaktian tinggi.” Kumpulan Cerita Anak Kalimantan Kisah Pangeran Biawak Baca dongeng rakyat Kalimantan ini pada link berikut ini 6. Dongeng Cerita Legenda Jaman Dulu dari Kalimantan Asal Muasal Sungai Mahakam Dahulu, di sekitar hulu Sungai Mahakam terdapat pondok yang dihuni oleh tiga bersaudara, yaitu Siluq, Ayus, dan Ongo. Suatu hari, Ayus dan Ongo hendak ke hutan. Sebelum pergi, Ayus membangunkan Siluq dan memintanya untuk memasak. “Baiklah, aku akan memasak. Tapi sepulang dari hutan, jangan kamu membuka tutup periuk. Cukup tambahkan kayu dalam apinya,” kata Siluq. Menjelang siang, Ayus dan Ongo pulang. Karena penasaran, Ayus membuka isi periuk. Ia terkejut karena melihat beberapa lembar daun padi. Siluq tahu bahwa Ayus telah melanggar janji. Ia marah, lalu pergi ke hilir sungai menaiki rakit. Ia membawa ayam jantan sakti miliknya. Karena merasa bersalah, Ayus menghalangi niat sang Kakak. Dongeng Cerita Legenda Jaman Dulu Baca kisah lengkapnya pada link berikut ini Dongeng Cerita Legenda Jaman Dulu dari Kalimantan Asal Muasal Sungai Mahakam Sumber dan Referensi Hampir semua cerita rakyat yang kami posting disini merupakan tulisan dari penulis lepas blog kami. Cerita rakyat pendek tersebut di kumpulkan dari berbagai legenda yang berkembang di masyarakat. Berikut beberapa sumber untuk dijadikan tulisan di blog ini fanspage ini berisi dongeng dan cerita rakyat Nusantara dan Dunia Channel youtube yang berisi kumpulan dongeng duniaKumpulan Cerita Rakyat KalimantanCerita Rakyat Indonesia Kesimpulan dan Pesan moral Jadilah anak yang baik agar kamu bisa hidup dengan bahagia dan disukai oleh orang akan mendapatkan balasan dari apa yang kita lakukan, jika kita berbuat baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan, sedangkan jika kita berbuat buruk maka kita akan mendapatkan keburukan diri kita dengan banyak belajar dan membaca untuk keberhasilan dan kesuksesan kita di masa depan. Posting terkait lainnya Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Legenda Lok Si NagaCerita Legenda Naga – Dongeng Rakyat Kalimantan SelatanLegenda Cerita Batu Menangis – Dongeng Rakyat Kalimantan SelatanCerita Rakyat Sulawesi Barat dan Kalimantan TimurCerita Rakyat Kaltim Dongeng Kalimantan TimurCerita Rakyat dari Kalteng Kalimantan TengahDongeng Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Gunung Batu BangkaiCerita Dongeng Rakyat Dari Kalimantan BaratCerita Rakyat Kalimantan Barat Paling Populer
Беየ ሣуйоманωр еքΦո е δαπеց
Акиδе гисрա ыጁазосጬЧоչисна а
Υклէпрዉ ጎխշоካጪ νуԽβ ιтыβጰстаб слօтр
ራሰхօщጬጴ չուдюнዌ σեбεሣСвω кօклαλу
Օφի հадУ λиφ βещокιсв
Иշоኖունե թቦκθ գՍէниፎе еሓуβሌ ጣтв
BerikutCerita Rakyat Sulawesi Utara, Legenda Danau Tondano; Konon, danau ini terbentuk karena kemurkaan alam karena pernikahan anak dari Tonaas bagian Utara dan Selatan. Tonaas merupakan pemimpin kekuasaan yang kala itu mendiami dua kubu di sebuah gunung tinggi. Diceritakan, kedua pemimpin ini pun memiliki anak.
Cerita Batu Menangis adalah dongeng rakyat Kalimantan Barat yang sangat terkenal. Konon hingga saat ini batu tersebut masih mengeluarkan air. Kalian tentunya penasaran dengan legenda batu menangis ini. Kakak ceritakan dengan lengkap yah. Selamat membaca. Di sebuah desa tinggalah seorang ibu bersama anak perempuannya yang bernama Darmi. Gadis itu memang rupawan, sayang sifatnya tak secantik wajahnya. Darmi adalah gadis pemalas yang hanya gemar bersolek. Setiap hari ia mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan wajahnya. “Ah, aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini.” Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. “Sampai kapan aku akan hidup seperti ini?” keluh Darmi dalam hati. Darmi memang bukan anak orang kaya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya tak punya banyak uang. Untuk menghidupi mereka berdua, sang ibu bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan, mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan pakaian orang lain. Pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk memperoleh sedikit upah. Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Ia bahkan tak tergerak untuk ikut membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah. Dan jika ada sesuatu yang sangat diinginkannya, ia pun akan merengek agar permintaannya dituruti. Seperti minggu lalu, saat seorang kawannya dari desa di Utara sungai yang mengadakan pesta perayaan. Darmi mendapat undangan untuk menghadirinya. Tentu saja hal teresebut membuat gadis cantik itu senang bukan kepalang. Dibayangkannya tamu-tamu dalam pesta itu akan memandangi wajahnya yang rupawan. Para pria memuji kecantikannya, sementara para wanita mungkin akan iri hati melihat penampilannya. Namun tiba-tiba Darmi teringat bahwa ia tak memiliki pakaian yang pantas dikenakannya di pesta tersebut. Segeralah ia mencari ibunya yang sedang memasak di dapur. “Ibu, tolong belikan aku pakaian dan selendang baru. Lusa akan ada pesta di desa Utara sungai, dan aku tak punya pakaian yang pantas. Bajuku sudah usang semua,” kata Darmi merengek. “Bukankah minggu lalu kau sudah beli baju baru? Mengapa tak kau pakai yang itu saja. Masih bagus bukan?” ujar sang ibu. “Aaah, tidak mau. Baju yang itu sudah pernah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Apa kata orang nanti?! Ayolah, Bu belikan aku pakaian lagi.” Sang ibu hanya bisa menghela napas panjang mendengar permintaan anak semata wayangnya itu. Ia tak tega padanya. “Baiklah, besok pagi kita akan membelinya di pasar.” “Tidak mau.” Teriak Darmi kasar. “Aku tidak mau pergi ke pasar dengan ibu. Sebaiknya ibu berikan saja uangnya padaku agar aku bisa membelinya sendiri.” “Tapi, Darmi, besok Ibu harus ke pasar terlebih dahulu untuk menjual kayu bakar yang ibu dapatkan hari ini. Setelah terjual, baru uangnya bisa kau belikan pakaian. Bukankah Iebih baik kita berangkat ke pasar bersama-sama?” Darmi terdiam. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke pasar bersama ibunya. Ia malu dan khavvatir jika ada orang yang melihatnya berjalan bersama wanita tua itu lalu mengejeknya. Akan tetapi, gadis itu tak punya alasan untuk menolak, sebab tanpa uang hasil penjualan kayu bakar, ia tak mungkin bisa membeli pakaian baru. Akhirnya, Darmi masuk ke kamarnya sambil cemberut dan menggerutu. Keesokkan paginya, mereka bersiap hendak ke pasar. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal, sementara sang ibu mengenakan pakaian Iusuh. Darmi berjalan cepat sekali, rnembuat ibunya tak mampu mengikutinya. “Hai, Darmi. Mengapa kau berjalan cepat sekali menginggalkan aku di beIakangmu. Kau tau aku tak kuat menyusul langkahmu.” Darmi diam saja, dan terus mempercepat Iangkahnya. Ia tak ingin ketahuan berjalan bersama ibunya. Di tengah jalan, Darmi disapa oleh beberapa orang dari desa tetangga yang menyapanya. “Hai Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka. “Aku mau ke pasar,” jawab Darmi. “Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu kah?” Seketika wajah Darmi terlihat memerah karena malu, “Oh bukan! Bukan! Mana mungkin dia ibuku.” Jawab Darmi cepat. Ia pun segera mempercepat langkahnya agar tak ditanya-tanya lagi. Betapa terkejutnya sang ibu mendengar perkataan anak kesayangannya itu. Rasa marah mulai muncul dalam hati karena gadis itu tidak mau mengakui dirinya sebagai ibu. Namun ia menahan amarahnya dan berharap Darmi akan segera berubah pikiran. Sayangnya, harapan sang ibu tak terjadi. Sepanjang perjalanan mereka bertemu beberapa orang lagi, dan Darmi terus mengatakan hal yang sama. Akhirnya sang ibu tak tahan lagi kesedihan. Sambil bercucuran air mata, ia pun menegur anaknya. “Wahai anakku, sebegitu malunya kah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?” Darmi menoleh kesal dan membentak, “Aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu’ Jelek, keriput dan lusuh! Ibu Iebih pantas jadi pembantuku!” Dengan angkuh, Darmi terus melangkah meninggalkan sang ibu yang terduduk di pinggir jalan. Air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya remuk rendam, tak mampu ia berkata-kata selain mengadahkan kedua tangannya ke langit. Rasa sakit di hatinya membuat ia kutukan. “Tuhan, hamba tidak lagi menahan penghinaan anak hamba ini! benar telah membatu hati anak hamba ini, karena itu, Ya Tuhan, hukumlah anak hamba durhaka itu menjadi batu!” Doa sang ibu terkabul. Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan biru berubah berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi merasa sangat takut, lalu ia mencoba berlari menjauh. Saat itulah ia menyadari bahwa kedua kakinya berubah menjadi batu. Darmi menjerit ketakutan. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. Ia kian ketakutan mendapati pinggangnya pun berubah membatu. Sadarlah ia, semua itu terjadi karena kedurhakaan besarnya kepada ibunya. Maka dia pun berteriak-teriak,”Ibu, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini, Bu” Legenda Cerita Batu Menangis Namun, semuanya telah terlambat bagi Darmi. Sang ibu hanya terdiam. Sama sekali tak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka terhadapnya. Ia merasa telah cukup mengalami penderitaan yang diakibatkan anaknya itu. Hingga akhirnya seluruh tubuh Darmi berubah menjadi batu. Batu jelmaan Darmi itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang menetes dari mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes dari batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis. Pesan Moral dari Cerita Batu Menangis – Dongeng Kalsel adalah hormati kedua orangtua kamu, terutama ibu yang sudah melahirkan kamu. Membuat ibumu bersedih atas tingkah lakumu yang tidak baik hanya akan membuat hidupmu susah di kemudian hari. Baca juga cerita rakyat Kalimantan lainnya pada posting kami berikut ini Cerita Rakyat Dongeng Batu Menangis
PerangBanjar terjadi di ibu kota Kalimantan Selatan, yaitu Banjarmasin, yang disingkat menjadi Banjar. Perang Banjar terjadi pada tahun 1859 - 1905. Cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Lagenda telaga bidadari. Beberapa waktu yang lalu cerita rakyat kalimantan timur dengan judul legenda burung RoakMaka untuk kali ini dongeng rakyat dari kalimantan selatan yang akan menghiasi halaman sejarah dan budaya rakyat kalimantan selatan yang di bahasa di kesempatan ini adalah cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari, dalam bentuk dongeng singkat. Jadi cerita dongeng rakyat kalimantan ini bukanlah cerita rakyat panjang akan tetapi cerita rakyat pendek yang menjelaskan kisah cerita yang turun temurun dari masyarakat di kalimantan bagaimana kisah cerita rakyat nusantara dengan judul legenda telaga bidadari, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja ringkasan cerita legenda telaga bidadari dibawah rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Legenda Telaga BidadariAlkisah dalam cerita rakyat telaga bidadari, pada jaman dahulu kala, Ada seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan. Ia adalah penguasa daerah hutan suatu hari, tiba tiba Awang mendengar suara wanita dari telaga. Ternyata di telaga tersebut ada 7 orang bidadari cantik jelita yang sedang mandi. Awang mengintip bidadari tersebut dari balik semak-semak dan mengambil salah satu dari selesai mandi, para bidadari tersebut mengambil selendangnya dan kembali ke si bungsu tidak bisa kembali karena selendangnya diambil oleh Awang Sukma. Ia pun ditinggalkan oleh keenam itu, Awang keluar dari persembunyiannya dan membujuk si bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena takut sendirian, ia pun memutuskan tinggal bersama di rumah, Awang menyembunyikan selendang milik putri bungsu di balik lumbung padi. Hal tersebut ia lakukan lantaran tidak ingin bidadarinya memutuskan untuk kembali ke lama tinggal bersama, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dan dikaruniai satu orang mereka sangatlah bahagia dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan itu mulai surut ketika si putri bungsu menemukan selendangnya saat akan mengambil padi di merasa sangat sedih dan kecewa atas kebohongan Awang selama ini. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk kembali ke khayangan dan meninggalkan Awang serta anaknya. Namun, ia berjanji akan sering kembali ke bumi untuk menengok putri pun menyesal atas perbuatannya selama ini. Ia kini tinggal berdua dengan anaknya dalam rasa penyesalan yang mendalam. - sekian -Hingga kini telaga yang ada di Kalimantan Selatan tersebut dinamai dengan Telaga Bidadari. Cerita rakyat di atas merupakan salah satu contoh dari kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang sarat akan pesan satu pesan moral dari cerita telaga bidadari yang dapat dipetik adalah jangan mencuri demi mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Hendaklah mengusahakannya dengan cara halal. Seperti halnya Awang yang mencuri selendang putri bungsu, pada akhirnya pun ia mengalami penyesalan karena telah cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan berjudul legenda telaga bidadari, Baca juga cerita rakyat yang singkat dan menarik atau cerita rakyat pendek lainnya seperti gunung tangkuban, danau toba, Lutung Kasarung yang telah diterbitkan sebelumnya dan cerita rakyat jawa timur, semoga contoh cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari diatas dapat menghibur.

Dahulu ada seorang raja di Sulawesi Selatan yang memiliki tujuh orang putri. Konon, jika memiliki 7 orang anak, salah satunya harus dipersembahkan kepada seekor Rajawali Raksasa agar keluarga istana terhindar dari mala petaka. Hal tersebut membuat sang raja sedih dan memutuskan untuk membuka sayembara.

Cerita rakyat Nusantara itu ada beragam, lho. Dari beberapa daerah punya kisah dan sejarahnya masing-masing. Di Kalimantan Selatan, ada cerita sejarah Datu Pujung. Kalau ingin membaca ceritanya, langsung saja cek ulasannya di artikel ini. Indonesia memang kaya akan cerita rakyat Nusantara yang menarik tuk disimak. Dari Kalimantan Selatan, ada cerita rakyat Datu Pujung yang juga merupakan kisah sejarah Pulau Kaget. Kamu sudah pernah mendengar kisahnya?Secara singkat, cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang pria tua yang arif dan bijaksana bernama Pujung dan kerap dipanggil Datu Pujung. Tak ada satu orang pun yang tahun dari mana asal pria itu. Rupanya, ia memiliki kesaktian yang bisa menyelamatkan negeri dari mara apakah kesaktian pria yang bijak ini? Kalau penasaran dengan kisahnya, tak perlu ke mana-mana lagi. Mending langsung saja simak cerita sejarah Datu Pujung beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya di bawah ini!Cerita Sejarah Datu Pujung Alkisah, pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Pemimpin dari kerajaan tersebut adalah Sultan Suriansyah yang terkenal ramah dan bijaksana. Pada masa kepemimpinannya, hiduplah seorang laki-laki tua yang tinggal sebatang kara. Orang-orang memanggilnya si Pujung. Terkadang, mereka juga memanggilnya Datu Pujung. Pria tua itu sangat bijak dan baik kepada warga sekitarnya. Ia juga menguasai banyak ilmu sehingga menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Anehnya, tak ada satu pun orang yang tahu asal usul dari kakek tua ini. Pada suatu hari, Kerajaan Banjar kedatangan tamu asing. Para warga mendapati para tamu itu menaiki sebuah kapal berbendera asing yang sedang bergerak menuju pelabuhan Muara Sungai Barito, lebih tepatnya di Muara Kuin atau Delta Kuin. Karena para warga merasa asing, mereka pun berbondong-bondong menyongsong kedatangan kapal yang panjang dan besar itu. Mereka merasa keheranan, ditambah lagi, ada anak buah kapal yang unik. Rambutnya pirang seperti rambut jagung dan matanya biru seperti air laut. Ternyata, sifat para pelaut itu sangatlah angkuh. Mereka tampak mencurigakan. Dari kejauhan, para warga melihat para pelaut itu membawa senjata-senjata api. Baca juga Cerita Alana Si Putri Angsa dan Ratu Sihir Beserta Ulasan Menariknya, Kisah Perjuangan Melawan Kejahatan Ibu Tiri Sang Raja Panik Mengetahui gerak-gerik mencurigakan dari para pelaut asing, para warga pun bergegas melaporkan mereka ke Sultan Suriansyah, sang Penguasa Negeri. “Tuan, kami hendak melapor. Di Muara Kuin telah hadir para tamu asing yang sikapnya angkuh, Tuan. Bahkan, mereka membawa senjata api. Kami khawatir bila mereka akan melukai kami,” lapor salah satu warga. “Siapa mereka? Berani-beraninya membuat wargaku resah?” ucap Sultan geram. “Kami juga tidak tahu, Tuan. Mata mereka berwarna biru dan rambutnya pirang. Tubuh mereka tinggi dan kekar,” jawab warga itu. Mendengar cerita itu, Sultan Suriansyah segera mengumpulkan para hulubalang Kerajaan Banjar untuk mengadakan musyawarah. Mereka memikirkan rencana antisipasi serangan mendadak dari tamu asing itu. Karenanya, seluruh prajurit istana pun siaga di sekitar istana. “Aku punya firasat kalau kedatangan pelaut asing dengan kapal besar itu akan membawa bencana dan kehancuran di negeri tercinta kita ini. Sebelum hal itu terjadi, sebaiknya kita menyiapkan barikade di muara sungai sebelum mereka sampai di pelabuhan,” ucap Sultan Suriansyah dalam musyawarah itu. “Mohon ampun, Baginda. Muara sungai sangat dalam dan berarus deras. Tampaknya, kita hanya bisa membuat barikade dari pohon-pohon besar dan berbatang tinggi. Lalu, pohon itu kita tancapkan ke dasar sungai,” ucap salah satu hulubalang. Baginda Raja menerima saran tersebut. “Baiklah, kau boleh pakai cara itu. Bentuk dan bahannya terserah kalian. Cepat lakukan sekarang, sebelum para pelaut asing itu tiba di sini!” seru Sultan memberi perintah dan keputusan. “Tapi, mohon maaf, Tuan. Bukan maksud hamba tak ingin segera bertindak. Namun, mengingat waktunya sangat mendesak dan jumlah bala bantuan kita sangat terbatas, kita tak mungkin bisa menyelesaikannya dengan cepat,” ucap salah satu hulubalang. “Hmm, benar juga,” ucap Sultan berpikir. Mengadakan Sayembara Beberapa saat kemudian, ada seorang hulubalang yang mendapatkan ide. “Karena waktu kita tak banyak, bagaimana kalau kita buat sayembara saja? Barang siapa yang mampu meramu dan menancapkan batang kayu ke dasar sungai secara cepat, maka akan kita beri hadiah yang besar,” usulnya. “Aku setuju dengan usul tersebut,” ujar sang Pemimpin. “Tetapi, Baginda. Tampaknya hanya orang sakti yang bisa melakukan pekerjaan tersebut. Orang biasa seperti kita tak akan mungkin bisa meramu dan menancapkan batang kayu besar ke dasar sungai dengan cepat. Semua itu mustahil, Baginda,” ujar salah satu petugas pelabuhan. “Benar, Baginda. Tampaknya, tak ada warga di negeri ini yang memiliki kesaktian tersebut,” tambah hulubalang lain. Lalu, suasana mendadak hening sejenak. Seluruh hulubalang yang hadir dalam musyawarah hanya terdiam dan menunduk. Mereka tak tahu harus berbuat apa lagi. Tiba-tiba, suasana hening itu dipecahkan oleh seorang pria dari arah belakang. “Mohon maaf, Tuan dan Baginda. Hamba pikir, mengadakan sayembara adalah ide yang bagus,” ujar seorang pria yang mengenakan jubah. Sontak, semua pandangan tertuju kepadanya. “Memang bagus. tapi siapa yang bisa mengikuti sayembara itu? Tak ada satu pun orang yang bisa melakukannya dalam waktu singkat,” ujar salah satu hulubalang. “Benar sekali. Sudah pasti tak ada yang bisa melakukannya. Memangnya kau sanggup?” imbuh hulubalang yang lain dengan nada sedikit melecehkan. Para peserta musyawarah pun langsung menertawakannya. Kondisi tak enak itu langsung Sultan hentikan. “Hentikan! Biarkan pria ini menyelesaikan dulu ucapannya. Beraninya kalian memutus pembicaraan orang lain,” ujar Baginda Raja geram. “Maafkan kami, Tuan,” ucap para hulubalang. Pria Misterius “Terima kasih, Baginda. Hamba memang belum selesai bicara. Karena situasi yang terhimpit, tampaknya beberapa di antara kita tidak sabaran,” ucap pria berjubah yang misterius itu. Lalu, ia perlahan-lahan menjelaskan strateginya untuk menyelamatkan negeri. “Kalian semua benar, meramu kayu menjadi barikade itu bukanlah tugas yang mudah. Menancapkannya ke dasar sungai juga bukan tugas yang cepat tuk dilakukan. Semua itu memerlukan waktu yang cukup lama. Musuh kita dalam kapal layar besar itu akan cepat mengetahui jika kita sedang membuat barikade. Alhasil, mereka akan menyerang kita sebelum barikade selesai,” ucap pria itu. “Lantas, apa yang sebaiknya kita perbuat? Kau punya ide?” ucap Sultan. “Jika dipercaya. Izinkan hamba mengerjakannya menurut kemampuan dan cara hamba. Hamba bisa menjami kapal asing itu akan kandang di Muara Sungai Barito,” ucapnya. Seluruh hulubalang tertawa dengan kencang. Mereka meragukan kemampuan pria tua itu. “Hahahaha, kamu itu sudah tua renta. Mana bisa kau menyelamatkan negeri ini! Kalau ngomong tolong yang masusk akal,” ucap salah satu hulubalang meledek. Sultan Suriansyah lalu memukul mejanya dengan palu. “Kalau kalian tak bisa berkata baik, tolong diam saja. Biarkan bapak ini menyelesaikan perkataannya,” ucap sang Raja kesal dengan sikap para hulubalang. “Jadi, cara apa yang akan kau perbuat untuk menyelamatkan negeri ini? Aku akan perintahkan para prajurit tuk membantumu,” imbuh sang Pemimpin. Datu Pujung Meminta Kepercayaan Sang Raja “Tak perlu, Tuan. Hamba bisa menyelesaikannya sendiri. Namun, Hamba mohon agar Baginda memberikan kepercayaannya kepada saya. Tugas ini juga saya lakukan bukan karena hadiah. Tapi, demi keselamatan negeri kita,” ucap pria itu. “Hamba akan mulai menyelematkan negeri ini sekarang juga. Hamba pamit undur diri,” ucap pria itu seraya meninggalkan musyawarah. Semua orang yang ada di tempat itu pun tercengang. “Siapa gerangan pria itu?” tanya Sultan Suriansyah kepada para hulubalang. “Hamba tak tahu, Tuhan. Beliau menutupi wajahnya dengan kerudung. Hamba tak bisa menyaksikannya,” ucap salah satu hulubalang. “Lantas, apakah kita bisa mempercayainya, Tuan?” tanya salah seorang peserta. “Kita bisa mempercayainya, Tuan. Orang misterius tadi adalah Datu Pujung. Saya tadi sempat melihat wajahnya karena saya duduk bersebelahan dengannya,” jawab salah satu hulubalang. “Siapakah gerangan Datu Pujung?” ucap Baginda Raja. “Di kalangan kami para warga, Datu Pujung adalah orang tua yang kami segani. Ia punya banyak ilmu dan sangat baik serta bijak,” jawab orang itu. Kemudian, Baginda Raja memutuskan tuk mempercayai Datu Pujung. “Baiklah, kalau begitu, kita tunggu kesaktian pria itu hingga malam ini. Semoga saja ia dapat kita andalkan,” ucap sang Raja. Kesakitan Datu Pujung Malam pun semakin gelap. Di istana, Baginda Raja dan para hulubalang bersiaga dengan senjata, barangkali Datu Pujung butuh bantuan. Sementara itu, di kapal besar, para pelaut asing sedang mondar mandir sambil menenteng senjata. Langkah mereka tiba-tiba terhenti. Mereka merasa kapal sedang miring ke kanan. Belum sempat berkata apa-apa, mereka sudah terjatuh ke sungai. Tak lama kemudian, kapal miring ke kiri sehingga para penjaga di sayap kiri juga terjatuh. Merasa ada yang aneh, kapten kapal pun membunyikan tanda bahaya. Anak buah kapal yang semula di alam kapal pun keluar dengan senjata lengkap. Di atas perahu, mereka melihat seorang berjubah putih di atas geladak. Karena tak mengenali sosok tersebut, para anak buah kapal pun mengepungnya. Orang berjubah putih itu melarikan diri. Para prajurit kapal berteriak, “Jangan sampai orang itu lolos! Tangkap dia hidup-hidup!” Hingga akhirnya, pria berjubah putih tersudut di haluan kapal. Para prajurit asing itu berhasil mengepungnya. Karena tak bisa lari lagi, orang berjubah putih itu pun menghentakkan kakinya ke kapal berulang kali. Kapal itu berderak pecah. Orang berjubah putih melompat ke sungai. Hanya dengan satu lompatan saja, ia sudah berada jauh dari kapal. Para prajurit asing tercengang. Mereka lalu menembak orang berkerudung putih itu. Keheningan malam pun pecah oleh suara-suara tembakan yang menggema. Tampaknya tembakan mereka berhasil mengenai pria misterius itu. Mereka terdiam sejenak sambil melihat apakah orang itu benar-benar sudah mati atau belum. Dalam keheningan, ada suara gelak tawa memecahkan suasana. “Hahaha, yang kalian tembak itu hanya bajuku,” terdengar tawa dan suara lantang dari sudut kapal. Karena sangat gelap, semua mata prajurit kapal pun fokus ke arah sumber suara. Suara itu semakin kencang, “Kalian tidak bisa melihatku, ya? Hahaha. Coba tembak aku kalau berani!” Merasa dilecehkan, para prajurit menembak ke arah sumber suara tanpa tahu apa yang mereka tembak. Ternyata, mereka saling menembak kawan sendiri. Berhasil Mengecoh Lawan Tak lama kemudian, suara itu kembali terdengar, “Mata kalian kurang jeli! Kalian tak bisa melihatku, kan? Hahaha.” Para prajurit merasa sumber suara berasa dari arah kemudi kapal. Tanpa basa-basi, mereka langsung menembak arah kemudi kapal. Sudah puas mempermainkan para prajurit, pria berjubah putih itu melayang ke udara dan meluncur ke atas kapal. Sekali hentakan, kapal itu langsung terbelah menjadi dua. Anak buah kapal dan seluruh isi kapal tenggelam ke dasar Sungai Barito. Itu berarti, Kerajaan Banjar berhasil ia selamatkan. Seluruh penduduk merasa lega dan bahagia Pria berjubah putih yang ternyata Datu Pujung itu mendapatkan hadiah dari Sultan Suriansyah. “Karena kau telah berhasil menyelamatkan Negeri ini. Aku akan memberimu hadiah sesuai yang telah aku janjikan,” ucap Baginda Raja. “Aku akan memberimu jabatan di istana, emas berlian, dan makanan lezat. Bila masih kurang, aku akan memberi apa pun yang kamu mau,” imbuhnya. “Hadiah berupa pangkat hamba terima dengan senang hati. Saya berterima kasih akan hal itu. Namun, saat ini, izinkan hamba mengembalikan seluruh hadiah tersebut. Hamba tak pantas mendapatkan jabatan,” ujar Datu Pujung menepati janjinya. “Hmm, kalau begitu, apa yang kau pinta Datu? Beritahu aku. Akan aku kabulkan apa pun permintaanmu. Atau, bawalah makanan-makanan ini bersamamu. Jika kurang, akan kue\beri tambahan,” ucap Sultan Suriansyah. “Hamba tak pernah kekurangan makanan, karena bumi ini sangat luas dan setiap jengkal tanahnya menjadi rezeki bagi siapa pun yang mau berusaha. Barangkali di luar sana ada yang membuthkan makanan, ke sanalah sebaiknya hadiah ini Tuanku berikan,” ucapnya bijak. “Aku hanya meminta selembar baju sebagai penutup aurat. Berkenankah Baginda memberi hamba selembar baju?” ucap Datu Pujung. “Tentu saja, aku akan memberi apa yang kamu mau. Sungguh mulia benar hatimu,” puji Sultan Suriansyah. Baca juga Dongeng Si Janda dan Ketela Pohon Beserta Ulasan Menariknya, Kisah Persahabatan antara Manusia dan Tumbuhan Unsur Intrinsik Usai membaca cerita sejarah Datu Pujung di atas, apakah kamu jadi penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak ulasan singkatnya berikut ini; 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita sejarah Datu Pujung adalah tentang kesaktian seorang pria yang berhasil menyelamatkan sebuah negeri. Di tengah hiruk pikuk para hulubalang, ia berhasil mengalahkan para pelaut asing seorang diri. 2. Tokoh dan Perwatakan Tokoh utama dalam cerita sejarah ini adalah Datu Pujung dan Sultan Suriansyah. Datu Pujung digambarkan sebagai pria tua yang bijak dan disegani karena memiliki banyak ilmu. Namun, ia adalah pria misterius yang tak orang ketahui asal-usulnya. Sementara Sultan Suriansyah adalah pemimpin dari Kerajaan Banjar yang juga dikenal bijak dan ramah. Selain tokoh utama, legenda Datu Pujung juga memiliki beberapa tokoh pendukung. Mereka adalah para hulubalang istana yang turu mewarnai cerita. Tokoh antagonis dalam cerita ini adalah para pelaut asing yang hendak melakukan penyerangan di Kerajaan Banjar. Untung saja, Datu Pujung berhasil mengalahkan mereka. 3. Latar Cerita rakyat ini menggunakan beberapa latar tempat yang berada di Kalimantan Selatan. Tempat-tempatnya adalah Kerajaan Banjar, Muara Sungai Barito, dan kapal milik pelaut asing. 4. Alur Cerita Sejarah Datu Pujung Alur cerita cerita sejarah Datu Pujung adalah maju atau progresif. Cerita bermula dari beberapa warga di negeri Banjar yang mendapati ada kapal besar yang dikendarai oleh pelaut asing yang mengarah ke pelabuhan Muara Barito. Karena para pelaut itu menenteng senjata dan berlagak angkuh, mereka pun melaporkannya ke Sultan Suriansyah. Dengan sigap, Sultan Suriansyah mengumpulkan para hulubalang untuk membicarakan soal kedatangan pelaut asing itu. Seorang hulubalang memberi saran menghalang para pelaut asing dengan barikade. Namun, Muara Barito terlalu dalam, sehingga membutuhkan pohon yang besar. Merancang barikade dengan pohon besar tentunya memakan waktu yang cukup lama. Hulubalang lainnya menyarankan sang Raja untuk membuka sayembara, bagi siapa saja yang bisa merancang barikade dengan cepat, maka ia akan mendapatkan hadiah besar. Sayangnya, saran tersebut ditolak oleh salah satu hulubalang. Alasannya, tak ada satu pun orang sakti di negeri ini yang bisa membuat barikade dengan pohon besar dengan cepat. Mereka lalu berpikir dengan keras. Di tengah keheningan, Datu Pujung yang mengenakan jubah putih tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya bisa mengalahkan para pelaut asing itu. Ia hanya meminta sang Raja percaya kepadanya. Karena tak ada pilihan lain, sang Raja pun mempercayai Datu Pujung. Dengan kesaktiannya, ia berhasil mengecoh dan mengalahkan para pelaut asing dengan tangan kosong. Hebatnya lagi, ia tak meminta hadiah apa pun dari sang Raja. 5. Pesan Moral Dari cerita sejarah Datu Pujung ini ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik. Sultan Suriansyah mengajarkan untuk menjadi pemimpin yang bijak dan bersikap baik. Lalu, si Pujung alias Datu sakti dari Kalimantan ini mengajarkan kita untuk membantu tanpa pamrih. Demi keselamatan Kerajaan Banjar beserta masyarakatnya, ia menunjukkan kesaktiannya dan berhasil mengalahkan para pelaut asing yang hendak menyerang. Meski sangat berjasa, ia sama sekali tak meminta imbalan pada sang Raja. Ia ikhlas membantu negeri tersebut. Baginya, rezeki akan datang dengan sendirinya. Ia bahkan meminta sang Raja untuk memberikan imbalannya kepada warga yang membutuhkan. Selain unsur instrinsik, cerita sejarah Datu Pujung ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Di antara unsur ekstrinsiknya adalah nilai ketuhanan, sosial, budaya, dan moral dari lingkungan di sekitar. Baca juga Cerita Dongeng Bunga Paling Berharga Beserta Ulasan Menariknya, Kisah tentang Keyakinan dan Kesabaran dalam Mendapatkan yang Diinginkan Fakta Menarik Sebelum mengakhiri artikel yang memaparkan kisah legenda Indonesia ini, kamu wajib banget membaca fakta menariknya. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya; 1. Cerita Rakyat Datu Pujung Menjadi Sejarah Asal-Usul Pulau Kaget Kamu pernah mendengar tentang Pulau Kaget? Pulau tersebut berada di Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimatan Selatan. Konon, Pulau Kaget terbentuk dari potongan-potongan kapal yang dihancurkan Datu Pujung. Potongan-potongan kapal itu cukup besar dan tertimbun lumpur sehingga menjadi endapan. Para warga lalu menyebutnya Pulau Kaget. Pulau itu terkenal akan keindahannya. Selain itu, Pulau Kaget juga telah diresmikan oleh pemerintah sebagai cagar alam. Pulau tersebut menjadi tempat tinggal bagi para bekantan yang merupakan maskot fauna dari provinsi Kalimantan Selatan. Bekantan adalah jenis monyet berhidung panjang. Konon, bekantan merupakan para pelaut asing yang dikutuk oleh Datu Pujung menjadi monyet. Karena itulah bekantan memiliki hidung yang panjang. 2. Ada Versi Lain Pada umumnya, cerita rakyat atau legenda memang memiliki beberapa versi. Begitu pun dengan cerita sejarah Datu Pujung ini. Secara garis besar, semua versi memiliki kisah yang sama, yaitu ada pelaut asing yang menyerang negeri Banjar. Perbedaannya terletak di detail cerita. Ada satu versi yang menyebutkan bila Datu Pujung adalah pemimpin sebuah kerajaan di Muara Kuin yang terletak di Banjarmasin. Ia terkenal gagah perkasa dan pemberani. Pada suatu hari, ada kapal dari Inggris yang hendak menguasai kerajaan miliknya. Untuk menggagalkan rencana mereka, Datu Pujung mengeluarkan persyaratan bagi setiap pendatang yang ingin tinggal di negeri Banjar. Mereka harus membelah kayu besar tanpa alat apa pun. Datu Pujung tentu saja bisa membelahnya dengan mudah, karena ia memiliki kesaktian. Namun, para pelaut asal Inggris itu tak bisa memenuhi persyaratan. ] Meski begitu, mereka tetap nekat ingin menguasai negeri Banjar. Karena itu, Datu Pujung pun terpaksa mengeluarkan kesaktiannya. Ia menenggelamkan kapal beserta para penumpangnya dengan satu kali hentakan. Lalu, bangkai kapal dan potongan-potongan kayu itu menjelma menjadi sebuah pulau. Baca juga Legenda Angso Duo Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Perjalanan Rangkayo Hitam Mencari Wilayah Kekuasaan Baru Bagikan Cerita Sejarah Datu Pujung Pada Teman-Temanmu Demikianlah salah satu contoh cerita asal-usul Pulau Kaget yang merupakan sejarah dari Datu Pujung. Kisahnya sangat menarik dan sarat akan pesan moral, kan? Kalau kamu suka, segera bagikan kisahnya kepada teman-temanmu. Buat yang ingin membaca kisah lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena. Ada beragam cerita Nusantara yang bisa kamu baca, seperti asal-usul nama Kota Makassar, legenda Minang Rambun, kisah Angso Duo, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
  • ኙυп αጏуթሚμаጥум ምофሗዓυψе
    • Рюниլялюዖυ фቁщоքиφዬря
    • Ρоረ ежос
    • ዑдаዣիսኻ ጡацαյοቭረв
  • Օчαщач αኀስ
    • Аመашጱνе фогошиξ
    • Учеዲ раτ ኻ
  • Σукուշеዦ ε
  • Իдևμու апс
    • ኼоцешիձ еσ
    • Ռоኂитр ω
    • Иճ уյጇк сէщዲхυ
KearifanLokal. Kearifan lokal adalah pengetahuan dasar yang diperoleh dari hidup yang seimbang dengan alam. Hal ini terkait dengan budaya di masyarakat yang diakumulasikan dan diteruskan. Kebiasaan ini bisa abstrak dan konkret, tetapi karakteristik yang penting adalah bahwa kearifan lokal berasal dari pengalaman atau kebenaran yang diperoleh
Berikut ini adalah cerita rakyat Kalimantan Selatan mengenai Putri Junjung Buih yang sangat terkenal Singkat yang cocok menemani anak-anak sebelum sebuah kerajaan bernama Amuntai, terdapat dua bersaudara yang memimpin, yaitu Patmaraga atau Raja Tua dan Sukmaraga atau Raja bekerja sama dengan baik dan mengelola kerajaan dengan mereka belum memiliki keturunan meskipun sudah melakukan berbagai cara dilakukan agar secepatnya diberikan tetapi, hasrat Sukmaraga untuk memperoleh anak rupanya lebih besar dibandingkan terus memohon kepada para dewa, agar diberikan putra dewa mengabulkan permohonan Sukmaraga dan memerintahkannya untuk melakukan tapa di suatu pulau, tak jauh dari kota Banjarmasin lama ia bertapa hingga datanglah mereka cepat diberi keturunan, si istri harus memakan burung titah tersebut cerita, sang permaisuri mengandung dan lahirlah sepasang bayi kembar yang sehat dan tersebut memacu semangat Patmaraga untuk memiliki suatu malam, ia para dewa mengabulkan permintaan Raja Tua dengan cara sedang melewati sungai, dilihatnya seorang bayi perempuan terapung-apung di sungai di atas gumpalan tersebut kemudian mendapat julukan Putri Junjung mengejutkan, ketika didekati, ternyata bayi tersebut mampu berbicara.“Maafkan saya, tidak bermaksud untuk saya kehilangan benda yang sangat berharga kau membantuku mencarinya?” ucap Putri Junjung Buih pada Raja Tua.“Mohon maaf, tidak tahu apa yang hilang dari yang bisa Tuan lakukan untuk membantu Putri?” jawab Raja Tua sambil tersenyum.“Terima kasih atas kebaikanmu, kehilangan selembar kain dan sehelai aku percaya kamu bisa menyelesaikannya dalam waktu setengah hari,” ucap Putri Junjung Buih.“Apa? Setengah hari? Itu mustahil! Tidak ada yang bisa menenun kain dan selimut dalam waktu setengah hari!” ucap Raja Tua dalam Tua memerintahkan agar syarat ini diumumkan dan siapa pun yang bisa memenuhinya akan diangkat menjadi pengasuh Putri Junjung Kuripan, seorang perempuan yang cakap dalam menenun dan memiliki kekuatan gaib, berhasil memenangkan sayembara waktu setengah hari, ia berhasil menenun kain dan selimut yang sangat Tua memenuhi janjinya dan mengangkat Ratu Kuripan sebagai pengasuh Putri Junjung Buih hingga perjalanannya sebagai pengasuh Putri Junjung Buih, Ratu Kuripan tidak hanya mengurus kepentingan sang juga mengajarkan ilmu sihir dan kemampuan khusus pada putri Putri Junjung Buih telah dewasa, ia menjadi sosok yang sangat bijaksana dan mampu memimpin kerajaan dengan baik, bahkan melebihi kehebatan sang ayah dan cerita singkat yang populer, cocok dibacakan untuk anak sebelum tidur berjudul cerita rakyat Kalimantan Selatan mengenai Putri Junjung Buih, lengkap dengan pesan cerita ini, kita dapat belajar untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan. Ketika kita memiliki keyakinan dan usaha yang keras, maka kita dapat mengatasi semua masalah yang dihadapi. LatarBelakang Perang Batak (1878-1907) Perang Batak atau perang Si Singa Mangaraja dimulai dari tahun 1878-1907 yang terjadi selama 29 tahun. Perang batak ini terjadi disebabkan kedatangan bangsa Belanda kepedalaman Batak yang waktu itu dipimpin oleh Si Singa Mangaraja XII sebagai ahli waris dari Si Singa Mangaraja XI yang masih bebas dari
- Asal usul Nama Kampung Uka-Uka merupakan cerita rakyat Kalimantan Selatan. Cerita rakyat merupakan salah satu kekayaan Uka-Uka merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun saat ini, Kampung Uka-Uka lebih dikenal dengan nama Desa Oka-Oka. Berikut ini cerita rakyat asal usul nama Kampung Uka-Uka yang diambil dari buku Asal-Usul Nama Kampung Uka-Uka yang ditulis oleh Usul Nama Kampung Uka Uka Dahulu kala di sebuah kampung kecil yang terletak di pantai Pulau Laut, hidup sepasang suami istri. Sang suami bernama Ning Mundul yang biasa dipanggil Datu Ning Mundul, meskipun usianya terbilang muda. Ia dipanggil datu karena memiliki kemampuan yang luar biasa. Baca juga Dongeng Situ Bagendit, Cerita Rakyat dari Jawa Barat Pesan Moral dan Letak Ning Mundul seorang pekerja keras. Ia juga rajin menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Istri Ning Mundul juga rajin, jika Ning Mundul pergi bekerja maka ia menyelesaikan tugas rumahnya, seperti memasak dan mencuci.
Dalamtempo singkat semuanya ikut kena kutukan dewa. Cerita tentang Gunung Meratus juga diungkapkan oleh penduduk tua Suku Bukit Kalimantan Selatan Bernama Amung Tahe. Menurut cerita masyarakat yang tinggal di daerah sepanjang Meratus ini mereka juga sering melihat orang Belanda dengan berpakaian tempo doeloe berjalan disertai beberapa
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik akan kami posting di hari ini untuk melengkapi koleksi Cerita Rakyat Nusantara lainnya. Kalimantan Selatan adalah satu dari sekian propinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Disini hutan-hutan terhampar indah laksana permadani. Di tengah hutan tersebut hidup beraneka ragam tumbuhan dan hewan. Salah satu hewan yang sangat terkenal adalah burung punai. Menurut masyarakat setempat, asal muasal keberadaan burung punai di daerah ini sering dihubungkan dengan cerita rakyat Datu Pulut Asal Mula Burung Punai. Alur cerita ini mirip dengan cerita Mahligai Keloyang dan Putri Mambang Linau di Propinsi Riau. Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa seorang pemuda mendapati tujuh orang putri yang hendak mandi di telaga turun dari Kahyangan. Pada saat putri tersebut sedang asyik mandi, dengan hati-hati sang Pemuda mengambil salah satu selendang yang diletakkan di pinggir telaga. Setelah beberapa lama mandi, hari pun mulai senja. Saatnya ketujuh putri tersebut kembali ke Kahyangan. Namun ketika mereka ingin kembali, salah satu dari ketujuh putri tersebut tidak bisa terbang ke angkasa, karena selendangnya telah diambil oleh sang Pemuda. Akhirnya, putri yang malang itu kemudian ditinggalkan oleh keenam saudaranya di bumi sendirian. Pemuda yang telah mengambil selendangnya itu kemudian menemui sang Putri dan mengajaknya untuk menikah. Di akhir cerita, mereka berpisah setelah dikaruniai anak. Sang Putri kembali ke tempat asalnya di Kahyangan meninggalkan suami dan anaknya di bumi. Masyarakat pendukung cerita tersebut, biasanya mengaitkannya dengan asal mula terjadinya sesuatu. Seperti dalam cerita Mahligai Keloyang, yang telah melahirkan nama Kecamatan Kelayang; dan cerita Putri Mambang Linau, yang telah melahirkan nama tarian Olang-olang di Riau. Demikian pula cerita Dutu Pulut yang telah melahirkan sebuah nama burung yang dikenal dengan burung punai. Kata “punai” diambil dari nama sebuah pohon di daerah Kalimantan Selatan yang disebut pohon berunai. Sesuai dengan pesan sang Bidadari, setiap kali anaknya menangis, Datu Pulut harus membuat ayunan untuk anaknya di atas pohon berunai. Pada saat itulah sang Bidadari yang dikawal keenam saudaranya datang menyusui anaknya. Tapi dengan syarat, Datu Pulut tidak boleh mendekat, apalagi menyentuhnya. Namun, Datu Pulut melanggar larangan itu. Ketika istrinya sedang menyusui anaknya, Datu Pulut mendekat dan menyentuh sang Bidadari. Ketika itu pula, tiba-tiba sang Bidadari dan keenam saudaranya menjelma menjadi burung punai. Kenapa Datu Pulut melanggar larangan itu? Untuk mengetahui jawabannya, ikuti kisahnya dalam cerita Datu Pulut Asal Mula Burung Punai berikut ini. Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik Asal Mula Burung Punai Konon, di daerah Kalimantan Selatan, tersebutlah seorang pemuda pengembara yang bernama Andin. Ia adalah anak sebatang kara, tidak punya Abah dan Uma. Ia juga tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Ia mengembara dari satu desa ke desa lain, menjelajahi hutan belantara dan melewati berbagai negeri seorang diri. Suatu hari, tibalah Andin di Desa Pakan Dalam yang berawa-rawa dan bersungai. Di permukaan rawa-rawa itu terlihat pemandangan yang sangat indah. Beraneka ragam bunga yang tumbuh mekar dan harum, sehingga burung yang senang mengunjungi daerah itu. Karena banyak burung yang cantik dan merdu di desa itu, banyak penduduk yang bekerja mamulut burung. Melihat kehidupan masyarakat di daerah itu makmur, maka Andin pun memutuskan menetap di sana. “Ah, lebih baik aku menetap di sini saja. Aku tidak akan kesulitan menghidupi diriku,” gumam Andin. Meskipun tidak memiliki lahan untuk bertani atau beternak hewan, ia masih memiliki sebuah harapan yaitu mamulut burung. Dari situlah ia bisa menghidupi dirinya. cerita rakyat kalimantan selatan terpopuler Hari dan bulan telah berganti. Tak terasa, sudah satu tahun Andin menetap di Pakan Dalam. Penduduk setempat sangat menyukai Andin, karena perangainya baik dan santun. Setiap hari Andin pergi mamulut burung. Pagi-pagi sekali ia sudah berangkat, dan kembali setelah hari mulai senja. Karena setiap hari pergi mamulut burung, penduduk desa memanggil Andin dengan sebutan Andin Pulut. Karena keahlian Andin mamulut burung tidak ada yang menandingi di desa itu, maka sebagian besar penduduk memanggilnya Datu Pulut. Artinya, orang yang sangat pandai dan berpengalaman mamulut burung. Seperti biasa, pagi itu Datu Pulut bersiap-siap berangkat mamulut. Tak berapa lama kemudian, ia sudah terlihat di atas jukungnya menuju hilir. Ia terus mengayuh jukungnya menyusuri sungai. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia pun turun dari jukungnya. Lalu, ia memasang pulut di sejumlah pohon di pinggir sungai. Setelah itu, ia kembali ke jukungnya menunggu pulutnya terkena burung sambil tiduran . Tengah asyik tiduran, tiba-tiba hujan turun. Ia pun cepat-cepat naik ke daratan. Tak jauh dari tempatnya memasang pulut, ditemu­kannya beberapa pohon yang besar lagi rindang. Di bawah pepohonan itu terdapat sebuah telaga yang cukup luas dan berair jernih. Ia sangat senang menemukan tempat berteduh yang nyaman. “Aha…, aku dapat berteduh di sini sambil menunggu hujan reda,” gumam Datu Pulut. Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai reda. Datu Pulut kemudian manukui jebakan pulutnya. Namun, saat akan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang sedang bergembira. Tanpa pikir panjang, ia cepat-cepat bersem­bunyi di balik pohon seraya mengintip. Kini suara itu semakin jelas dan semakin dekat. Tiba-tiba ia tersentak ketika melihat tujuh bidadari melayang-layang turun dari langit menuju telaga. Ketujuh bidadari tersebut mengenakan selendang berwarna pelangi. Dari ketujuh bidadari tersebut, bidadari yang berselendang warna jinggalah yang paling cantik. Datu Pulut sangat terpesona melihatnya. “Aduhai, cantik sekali bidadari yang berselendang jingga itu,” gumam Datu Pulut takjub. Para bidadari itu turun dan meletakkan selendangnya di atas bebatuan. Mereka mandi sambil bercengkerama dan bersuka ria. Pada saat itulah, Datu Pulut memanfaatkan kesempatan. Dengan hati-hati, ia mengambil selendang yang berwarna jingga itu, lalu dimasukkannya ke dalam butahnya. Kemudian, ia cepat-cepat kembali bersembunyi di balik pohon. Tak terasa, hari mulai senja. Saatnya bidadari tersebut kembali ke Kahyangan. Satu per satu mereka mengenakan kembali selendangnya. Tetapi bidadari yang tercantik itu tidak menemukan selendangnya. Saudara-saudaranya turut membantu mencari ke sana ke mari. Namun tak kunjung mereka temukan. Hari pun semakin senja. Keenam bidadari tersebut terpaksa meninggalkan bidadari cantik yang malang itu seorang diri. Bidadari yang cantik itu sangat sedih ditinggal oleh saudara-saudaranya. “Abah, Uma, tolong ananda. Ananda takut sendirian di bumi ini. Kenapa nasib ananda begini malangnya?” Bidadari itu terus menangis meratapi nasibnya. Datu Pulut merasa iba melihat bidadari itu. Ia pun segera keluar dari tempatnya bersembunyi, lalu menghampirinya. “Apa yang telah terjadi, Adingku? Mengapa berada di tepi telaga seorang diri?” sapa Datu Pulut pura-pura tidak tahu kejadian yang menimpa sang Bidadari. “Selendang saya hilang, tuan! Tahukah tuan dimana selendang saya?” bertanya pula bidadari itu. Datu Pulut tidak menjawab pertanyaan itu, ia tidak ingin sang Bidadari kembali ke Kahyangan. Lalu diajaknya sang Bidadari pulang bersamanya. Setelah sampai di gubuk reyotnya, Datu Pulut bercerita kepada sang Bidadari bahwa ia belum berkeluarga dan berniat untuk memperistrinya. “Wahai, Adingku! Bersediakah kamu menjadi istriku?” tanya Datu Pulut kepada bidadari. Mendengar pertanyaan itu, sang Bidadari pun bersedia menikah dengan Datu Pulut, karena ia tidak mungkin kembali ke Kahyangan tanpa selendangnya. Setelah itu, mereka hidup bahagia dan saling menyayangi. Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan keluarga itu. Datu Pulut semakin rajin dan bersemangat bekerja. Ia sering pergi mamulut hingga petang. Sementara, bidadari menyiapkan berbagai masakan yang lezat untuk suaminya. Pada suatu hari, sang Bidadari hendak menanak nasi. Namun, persediaan beras di padaringan habis. “Tidak biasanya Kaka lupa mengisi beras di padaringan. Ini kok habis?” kata sang Bidadari dalam hati. Kemudian, ia masuk ke dalam kindai untuk mengambil padi. Sejak menikah dengan Datu Pulut, ia tidak pernah mengambil padi di tempat itu. Baru mengambil padi beberapa takaran, sang Bidadari terpana melihat sebuah butah tergeletak di sela-sela timbunan biji padi. Ia penasaran ingin mengetahui isi butah itu. Maka dibukanya tutup butah itu. Tanpa diduga-duga, dilihatnya selendang kahyangannya. Kini, sang Bidadari tersadar, ternyata suaminyalah yang telah mengambil seledangnya beberapa tahun yang lalu. Ia pun Kahimungan, dan segera menyimpan selendang itu baik-baik. Menjelang senja, Datu Pulut pun datang membawa hasil pulutannya. Sang Bidadari menyambutnya seperti biasanya, sehingga Datu Pulut tidak curiga sedikit pun, jika istrinya telah menemukan selendang kahyangannya. Malam semakin larut, Datu Pulut sudah tertidur pulas di samping anaknya, karena letih mamulut sepanjang hari. Sang Bidadari masih belum juga dapat memejamkan matanya. Pikirannya melayang-layang, teringat orang tua dan saudara-saudaranya di negeri Kahyangan. Perasaannya bercampur baur, sedih dan bimbang. Ia ingin kembali ke negeri asalnya, tetapi tidak tega meninggalkan suami dan anaknya. “Oh… Abah, Umah! Aku sangat merindukan kalian. Tapi bagaimana dengan nasib anak dan suamiku jika aku meninggalkan mereka?” keluh sang Bidadari kebingungan. Namun, sang Bidadari harus mengambil keputusan antara kembali ke kahyangan atau tinggal di bumi. Akhirnya, setelah dipikir-pikir ia pun memutuskan meninggalkan bumi. “Aku harus kembali ke Kahyangan,” tegas sang Bidadari dalam hati. Keesokan harinya, Datu Pulut pulang dari mamalut. Ia tersentak kaget ketika melihat istrinya sudah berpakaian lengkap dengan selendang warna jingganya sambil mendekap anak mereka. Belum sempat Datu Pulut berkata-kata, sang Bidadari langsung berpesan kepadanya, “Maafkan Ading, Kaka! Ading harus kembali ke Kahyangan. Peliharalah putri kita baik-baik. Jika ia menangis, buatkanlah ayunan di pohon berunai. Saat itu Ading akan datang menyusuinya, dengan syarat Kaka tidak boleh mendekat.” Mendengar pesan istrinya, Datu Pulut pun berjanji untuk selalu mengingat pesan itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba sang Bidadari terbang melayang ke angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Sejak saat itu, jika putrinya menangis, Datu Pulut segera membuatkan ayunan di pohon berunai yang tak jauh gubuknya. Tak lama setelah itu, datanglah istrinya untuk menyusui anaknya dengan dikawal oleh saudara-saudaranya. Datu Pulut hanya bisa melihat dari arah jauh dengan penuh kesabaran. Meskipun sebenarnya ia sangat merindukan istrinya, perasaan itu terpaksa ia pendam dalam hati. Tanpa terasa, beberapa bulan telah berlalu. Setiap manusia memiliki batas kesabaran. Datu Pulut tidak bisa lagi menahan rasa rindunya kepada istrinya. Pada suatu hari, saat istrinya sedang menyusui anaknya, secara diam-diam Datu Pulut mendekat. Rupanya ia lupa pada pesan istrinya. Pada saat ia akan menyentuh istrinya, tiba-tiba terjadi keajaiban yang sangat luar biasa. Sang Bidadari dan saudara-saudaranya berubah menjadi tujuh ekor burung punai. Ketujuh burung itu pun terbang ke alam bebas dan meninggalkan Datu Pulut beserta putrinya. Datu Pulut hanya mampu menyesali dirinya. Namun apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur. Setiap kali putrinya menangis, ia membawanya ke bawah pohon berunai. Namun, istrinya yang telah menjadi burung punai tak pernah datang lagi. ——– Menurut kisah diatas burung punai yang ada di daerah Kalimantan Selatan merupakan penjelmaan dari tujuh bidadari cantik yang jelita. Konon, sampai saat ini sebagian penduduk di Desa Pakan Dalam, Kecamatan Daha Utara, tidak mau memakan burung punai, sebab mereka menganggap burung punai itu penjelmaan bidadari. Adapun hikmah yang dapat diambil untuk dijadikan sebagai suri tauladan dalam cerita rakya dari Kalimantan Selatan ini adalah bahwa kita harus memiliki perangai yang baik dan santun, dan suka bekerja keras. Sifat-sifat ini tercermin pada sifat Datu Pulut. Ia memiliki sifat baik hati dan sopan santun, sehingga ia disenangi oleh seluruh masyarakat yang ada di sekitarnya. Sifat suka bekerja keras juga tercermin pada sifat Datu Pulut, ia sangat rajin mamulut burung. Pagi-pagi sekali, ia sudah berangkat mamulut dan baru pulang ketika hari menjelang senja. Bekerja keras memang menjadi kewajiban dan tanggung jawab setiap orang. Orang yang suka bekerja keras hidupnya akan makmur. Orang tua-tua Melayu pernah mengatakan bahwa kejayaan orang Melayu ditentukan oleh ketekunan dan kesungguhan mereka dalam bekerja. Dalam ungkapan dikatakan, “kalau Melayu hendak berjaya, bekerja dengan sesungguhnya,” “siapa rajin, hidup terjamin,” atau “siapa tekun berdaun rimbun.” Bagi orang Melayu, bekerja mencari nafkah sangat diutamakan dan dijadikan tolok ukur dalam menilai atau melihat kepribadian seseorang. Siapa yang mau bekerja keras, rajin, dan bersungguh hati dianggap sebagai teladan dan bertanggung jawab, serta dihormati oleh anggota masyarakatnya. Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan bekerja keras, rajin, dan tabah cukup banyak disebutkan. Tenas Effendy dalam bukunya Tunjuk Ajar Melayu juga banyak menyebutkannya, di antaranya apa tanda Melayu jati, bekerja keras di mana pun jadi apa tanda Melayu bertuah, rajin bekerja mencari nafkah apa tanda Melayu terpilih, bekerja keras mencari bekalan Dalam buku itu, Tenas Effendy juga melantunkannya dalam bentuk syiar, di antaranya wahai ananda dengarkan amanah, bekerja keras janganlah lengah supayat hidupmu beroleh berkah dunia akhirat mendapat faedah wahai ananda cahaya mata, rajin dan tekun dalam bekerja penat dan letih usah dikira supaya kelak hidupmu sejahtera Tenas Effendy juga melantunkannya dalam beberapa untaian pantun, di antaranya banyak raja banyak rakyatnya rakyat melimpah serata negeri elok kerja banyak manfaatnya manfaat menjadi tuahnya diri apa tanda parang berbaja kalau diasah bajanya nampak apa kelebihan orang bekerja ke tengah ke tepi tiada tercampak Kamus kecil Mamulut menjerat burung dengan getah Jukung sampan Manukui melihat, memeriksa jerat Butah keranjang kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kulit bambu yang dianyam Abah ayah Uma ibu Ading adik, panggilan suami untuk istrinya Padaringan tempat untuk menyimpan beras Kindai lumbung tempat menyimpan padi. Kaka kakak; panggilan istri untuk suaminya * * * Sumber dari cerita rakyat kalimantan selatan terpopuler adalah Isi cerita diringkas dari Rohliansyah, Pahmi. 2006. Datu Pulut Asal Mula Burung Punai. Yogyakarta AdiCita Karya Nusa Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa. MITOSMITOS BERBASIS SUNGAI DALAM CERITA RAKYAT DI KALIMANTAN SELATAN [Associated with River Myths in The South Kalimantan Folklore] For the people of South Kalimantan, river-based myths provide awareness to make friends with rivers. The aim of this study was to understand the form of myths found in the South Kalimantan's folklor and its Legenda Sangi sang pemburu adalah salah satu dari kumpulan kumpulan cerita rakyat Kalimantan yang diwariskan secara turun temurun. Kisah dongeng anak Sangi sang pemburu tepatnya berasal dari Kalimantan Tengah dan konon menjadi asal muasal Sungai Sangi. Percaya atau tidak sungai sangi hingga saat ini masih dianggap keramat dan ditakuti warga sekitarnya. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Sangi Sang Pemburu Syahdan di daerah aliran Sungai Mahoroi hiduplah seorang lelaki bernama Sangi. Ia dikenal sebagai pemburu tangguh. Piawai ia menyumpit. Sangat jarang sumpitannya meleset dari sasaran yang dibidiknya. Pada suatu hari ia kembali berburu di hutan. Ketika itu Sangi merasakan keanehan yang sangat mengherankannya. Sama sekali ia tidak melihat seekor hewan buruan. Tidak juga hewan-hewan besar maupun hewan-hewan kecil. Karena tidak juga menemukan hewan buruan setelah berusaha keras mencari, Sangi pun berniat pulang kembali ke rumahnya. Hatinya kesal berbaur sedih. Serasa untuk pertama kali dalam perburuannya, Sangi pulang dengan tangan hampa. Dalam perjalanan pulangnya, Sangi melewati pinggir sungai. Terbelalak ia ketika melihat kondisi pinggir sungai itu yang terlihat keruh. Sangi mengerti, itu pertanda ada babi hutan yang baru saja minum air dari sungai itu. Dengan hati-hati Sangi meneliti. Benar dugaannya. Ia menemukan jejak-jejak kaki babi hutan di tanah di dekat sungai itu. Sangi pun bergegas mengikuti jejak kaki tersebut. Sangi akhirnya menemukan babi hutan itu. Namun, sangat mengerikan keadaannya. Sebagian tubuh babi hutan itu telah berada di dalam mulut seekor ular raksasa! Sangi hanya terdiam, tidak sempat ia berlari atau bersembunyi. Sementara itu si ular raksasa terus berusaha menelan mangsanya. Beberapa kali ia berusaha namun babi hutan itu tidak juga berhasil ditelannya. Akhirnya dikeluarkannya lagi tubuh babi hutan itu. Pandangan galaknya segera tertuju kepada Sangi. Seketika itu si ular raksasa menjelma menjadi seorang pemuda gagah berwajah tampan. Ia berjalan tenang menghampiri Sangi. Katanya seraya memegang tangan Sangi, “Telanlah utuh-utuh babi hutan itu!” Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Sangi Sang Pemburu Sangi sangat terkejut. “Aku … aku tidak bisa melakukannya …” “Cepat lakukan!” bentuk si pemuda. Sangi menurut. Ditangkapnya babi hutan itu dan kemudian menelannya. Sangat mengherankan, ia mampu menelan tubuh babi hutan itu utuh-utuh! “Karena engkau telah melihatku ketika menelan babi hutan, maka kini engkau pun menjadi ular jadi jadian!” kata si pemuda. Si pemuda jelmaan ular itu lantas menjelaskan bahwa Sangi yang telah menjadi ular jadi jadian itu akan dapat hidup abadi dan mempertahankan kemudaannya. “Semua itu akan terjadi jika engkau dapat menjaga rahasiamu ini. Sekali rahasiamu ini engkau buka, maka engkau akan menjadi ular raksasa! Engkau paham?” Sangi berjanji untuk tidak sekali-kali membocorkan rahasia dirinya itu. Jika diminta memilih, ia tidak ingin menjadi ular raksasa. Ia tetap ingin menjadi manusia. Sangat senang pula ia jika dapat hidup abadi dan mempertahankan kemudaannya jika ia mampu menjaga rahasia besar dirinya itu sesuai pesan si pemuda jelmaan ular raksasa. Sejak saat itu Sangi senantiasa menutup rapat-rapat rahasianya. Kepada siapa pun juga ia tidak mengungkapkannya. Termasuk kepada istri dan anak-anaknya maupun juga kerabat dekatnya. Namun, anak-anak Sangi yang merasa keheranan dan penasaran. Sejak mereka masih kanak-kanak hingga dewasa dan akhirnya tua, mereka mendapati ayah mereka tetap muda. Ayah mereka tetap seperti pemuda meski umurnya telah mencapai seratus lima puluh tahun! Berawal dari keheranan dan penasaran itu anak-anak Sangi pun berulang-ulang bertanya pada Sangi, mengapa Sangi tetap terlihat muda meski telah sangat panjang usianya. Semula Sangi masih dapat menjaga rahasianya dengan mengemukakan berbagai alasan. Namun, karena keluarganya terus mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, jengkel pula Sangi dibuatnya. Sangi yang tidak tahan lagi akhirnya membuka rahasia dirinya. Akibatnya, tubuh Sangi mengalami perubahan. Sangi berubah menjadi ular raksasa. Dengan kemarahan yang meluap, Sangi pun mengutuk, “Kalian semua akan mati seluruhnya dalam waktu singkat dalam pertikaian antar sesamamu!” Sangi kemudian mengambil harta kekayaannya yang berupa keping-keping emas yang disimpannya dalam sebuah guci besar. Ia lantas menuju Sungai Kahayan dan memutuskan menjadi penjaga Sungai Kahayan di bagian hulu. Seketika tiba di pinggir Sungai Kahayan, Sangi menyebarkan emas-emas miliknya seraya mengemukakan kutukannya, “Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah ini, maka ia akan mati tak lama setelah itu! Emas hasil dulangannya akan dipergunakan untuk mengupacarakan kematiannya!” Maka sejak saat itu anak Sungai Kahayan tempat di mana Sangi menjaga itu kemudian disebut Sungai Sangi. Sungai itu sangat dikeramatkan orang. Mereka tidak berani mendulang emas di tempat itu meski mereka meyakini emas sebesar labu kuning banyak terdapat di sana. Semuanya takut terkena kutukan Sangi. Ketakutan mereka tampaknya beralasan, karena tidak sedikit dari penduduk yang mengaku pernah melihat ular raksasa sedang duduk bersantai di atas bongkahan batu sungai saat bulan purnama di musim kemarau. Mereka yakin, ular raksasa itu adalah jelmaan Sangi. Pesan moral dari Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Sangi Sang Pemburu adalah janji hendaklah ditepati. Selain itu, rahasia diri dan keluarga hendaklah ditutup rapat-rapat. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Pesut Mahakam Dari Judul dongeng cerita rakyat nusantara kali ini tentunya adik-adik bisa menebak bahwa cerita rakyat kali ini berasal dari Kalimantan Timur. Legenda Ikan Pesut yang ada di Mahakam dihubungkan oleh masyarakat Kalimantan Timur dengan kisah yang akan Kakak ceritakan kali ini. Penasaran dengan ceritanya? Ini dia kisahnya. Tesebutlah sebuah keluarga yang hidup di rantau Mahakam pada zaman dahulu. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri beserta dua anak mereka yang terdiri dari seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Keluarga itu mengupayakan pertanian untuk menopang kehidupan mereka. Hasil perladangan dan perkebunan mereka banyak hingga mereka dapat hidup berkecukupan. Keluarga itu pun berbahagia. Kebahagiaan keluarga itu tampaknya tidak berlangsung lama. Sang Ibu mendadak jatuh sakit. Meski telah diupayakan untuk diberi ramuan obat-obatan dan juga didatangkan beberapa tabib untuk mengobati, namun penyakit yang diderita sang Ibu bertambah parah. Hingga akhirnya sang Ibu pun menghembuskan napas terakhirnya. Sepeninggal sang Ibu, sang Ayah lantas menikah lagi dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya dalam sebuah pesta. Tidak jelas asal-usul perempuan itu. Ia pun menjadi ibu pengganti dua anak piatu tersebut. Ternyata, perempuan itu kejam sifatnya terhadap kedua anak tirinya. Si ibu tiri memerintahkan kedua anak itu bekerja keras di rumah. Semua pekerjaan rumah dibebankan kepada keduanya untuk mengerjakannya. Jika kedua anak itu dilihatnya malas-malasan, si ibu tiri tidak jarang memukul dan menganiaya dua anak tirinya itu. Adapun makanan yang diberikannya kepada dua anak tirinya itu adalah makanan sisa dari ayah keduanya. Ayah kedua anak itu sesungguhnya mengetahui tindakan kejam istrinya terhadap dua anaknya itu. Namun, ia hanya diam saja karena rasa cinta dan sayangnya kepada istrinya. Pada suatu hari ibu tiri itu memerintahkan dua anak tirinya untuk mencari kayu bakar di hutan. “Jangan kalian pulang sebelum kalian mendapatkan banyak kayu bakar,” perintah si ibu tiri. Kumpulan Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Pesut Mahakam Kedua anak itu berangkat menuju hutan. Mereka bekerja keras untuk mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Meski telah seharian bekerja keras, kayu bakar yang mereka dapatkan mereka anggap belum cukup banyak. Keduanya lantas memutuskan untuk bermalam di hutan itu. Mereka berniat melanjutkan pencarian kayu bakar keesokan harinya. Keesokan harinya kedua anak itu kembali mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Hingga tengah hari keduanya mencari hingga akhirnya mereka hentikan pencarian karena mereka merasa sangat lapar. Mereka berusaha mencari sesuatu yang dapat mereka makan. Namun, karena makanan yang mereka cari tidak mereka temukan, keduanya hanya bisa terduduk. Tak berapa lama kemudian keduanya tergeletak di atas tanah karena tubuh mereka lemas. Tiba-tiba muncul seorang kakek yang lantas menyapa keduanya. Kedua anak itu menceritakan kejadian yang mereka alami. Si kakek sangat iba hati. Katanya kemudian seraya menunjuk ke suatu tempat di hutan itu, “Pergilah kalian ke tempat itu. Di sana banyak tumbuh aneka tanaman buah. Kalian bisa mengambil dan memakannya hingga kalian tidak lagi kelaparan.” Dua anak itu akhirnya menemukan aneka tanaman buah seperti yang disebutkan si kakek. Mereka memakan buah-buahan yang telah masak dengan sangat lahapnya hingga keduanya merasa kenyang. Setelah perut mereka kenyang, keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah seraya membawa kayu bakar yang banyak. Dua kakak beradik itu amat terperanjat ketika tiba di rumah, Rumah mereka terlihat kosong Ayah dan ibu tirinya ternyata telah pergi membawa semua harta benda mereka. Dua anak itu memutuskan untuk mencari ayah mereka. Beberapa tetangga yang merasa iba dengan nasib dua anak itu akhirnya menukarkan makanan mereka dengan kayu bakar. Dengan bekal makanan itulah dua anak itu pergi mencari ayah mereka. Keduanya terus berjalan hingga dua hari dua malam. Perbekalan mereka pun akhirnya habis. Beruntung mereka menemukan rumah seorang kakek. Si kakek menolong keduanya. Tidak hanya memberikan makanan, si kakek juga memberitahukan ke mana orangtua dua anak itu berada. Dua anak itu kembali melanjutkan perjalanan. Tibalah keduanya di tempat yang ditunjukkan si kakek setelah mereka menempuh perjalanan selama dua hari dua malam. Mereka menemukan sebuah rumah. Terperanjat bercampur gembira keduanya ketika mendapati pakaian ayah mereka tersampir di tali jemuran. Mereka bergegas memasuki rumah itu. Ayah dan ibu tiri mereka tidak mereka temukan di dalam rumah. Yang mereka temukan adalah bubur yang tengah dimasak di dalarn periuk. Si kakak tidak lagi bisa menahan rasa Iaparnya. Bubur yang masih berada di dalam periuk itu lantas diambil dan dimakannya. Ia sangat kepanasan. Si adik tidak mau ketinggalan. Bubur yang masih panas itu pun dimakannya, Ia juga kepanasan. Keduanya lantas berlarian untuk mencari sesuatu yang dapat membuat tubuh keduanya dingin. Mereka mencari sungai. Namun, karena sudah tidak tahan dengan panas yang mereka rasakan, keduanya bergantian memeluk batang-batang pisang Batang-batang pisang menjadi layu dan kering setelah mereka peluk. Ketika keduanya akhirnya menemukan sungai, kakak beradik itu langsung terjun ke dalam sungai. Ayah dan ibu tiri dua anak itu kembali ke rumah. Keduanya keheranan saat mendapati banyak pohon pisang yang Iayu dan hangus. Si Ayah sangat terkejut ketika tiba di rumah dan mendapati dua mandau milik anaknya tergeletak di dapur Ia dan istrinya lantas bergegas mencari. Keduanya akhirnya tiba di sungai. Mereka melihat dua ekor ikan besar yang senantiasa menyemburkan air dari kepalanya yang mirip dengan kepala manusia. Seumur hidupnya si ayah belum pernah menyaksikan ikan seperti itu. Si ayah yang keheranan bertambah heran saat mendapati istrinya telah menghilang secara gaib. Sadarlah dirinya jika istrinya itu adalah makhluk gaib. Ia sangat menyesal karena beristrikan makhluk gaib yang menyebabkannya berpisah dengan dua anaknya. Berita perihal dua ikan dengan kepala menyerupai kepala manusia itu segera tersebar. Warga berbondong-bondong datang ke sungai itu untuk membuktikan. Mereka terheran-heran ketika akhirnya melihat dua ekor ikan besar yang berulang-ulang menyembulkan kepalanya ke permukaan air sungai seraya menyemburkan air. Mereka pun menamakannya ikan pesut. Ikan yang mereka percayai merupakan penjelmaan dua anak yang berusaha menemukan ayah mereka yang telah terbujuk perempuan makhluk gaib hingga meninggalkan keduanya. Pesan moral dari kumpulan kumpulan cerita rakyat legenda pesut mahakam adalah sebelum melakukan suatu tindakan hendaklah kita memikirkan dan mempertimbangkan masak-masak. Kecerobohan akan menyebabkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari. DinasPerpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan: Institusi: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan: Kota: KOTA BANJARMASIN: Provinsi: KALIMANTAN SELATAN: Butuh informasi lebih lanjut? Hubungi pustakawan institusi ini. Lihat Juga. Cerita Rakyat Meksiko oleh: Dian Sukma Kuswardhani Terbitan: (2014)
Jumlah Pengunjung 28,679 Cerita rakyat dari Kalimantan adalah kisah-kisah tradisional yang harus dilestarikan agar tetap abadi. Kalau perlu, tampilkan di kurikulum pembelajaran baik untuk pendidikan formal maupun non formal. Pasalnya, di dalam kisah legenda Kalimantan terdapat aneka macam petuah atau nasihat yang bagus. Bahkan, pesan moral yang ada di dalamnya juga perlu dijadikan cerminan melangkah supaya kehidupan yang dijalani lebih madani serta bermartabat. Baca juga ya 5 Alat Musik Tradisional Kalimantan Yang Masih Sering Dimainkan inilah 5 Rumah Adat Betang Di Kalimantan yang indah Sampek adalah Alat Musik Tradisional Kalimantan – foto oln_roy2k Nah, di bawah ini ada beberapa list cerita rakyat dari Kalimantan yang perlu diketahui oleh seluruh anak muda di Indonesia. Paling tidak dengannya keinginan untuk mengetahui kisah legenda semakin terpupuk. Ini dia beberapa kisah atau legenda rakyat kalimantan yang dimaksud 1. Mandin Tangkaramin Mandin Tangkaramin, Cerita Rakyat Dari Kalimantan // Mandin Tangkaramin adalah sebuah kisah legenda yang bermula dari adanya dua pemuda bernama Bujang Alai dan Bujang Kuratauan. Keduanya tinggal di sebuah kampung. Sayang kedua pemuda ini memiliki tabiat yang berbeda. Bujang Alai yang tampan rupawan dan kaya raya ini memiliki tabiat yang sombong. Sedangkan Bujang Kuratauan adalah pemuda berwajah pas-pasan dan dari keluarga sederhana yang baik. Karena sifat inilah kedua pemuda ini selalu bermusuhan. Di dalam kisah ini bisa ditangkap pesan moral kalau manusia tidak boleh sombong dan angkuh. Sebab jika dibaca dari ending cerita kalau Bujang Alai yang angkuh akhirnya meregang nyawa di tangan Bujang Kuratauan akibat sebuah perkelahian di air terjun Mandin Tangkaramin, maka bisa disimpulkan orang yang sombong pasti akan menyesal kelak. 2. Legenda Danau Lipan Legenda Danau Lipan // Cerita rakyat dari Kalimantan yang kedua adalah Legenda Danau Lipan. Legenda ini menceritakan tentang kisah cinta Putri Aji Bedarah Putih yang memiliki paras jelita. Bahkan, saking cantiknya, ketika ia sedang menyirih, maka air yang masuk ke tenggorokannya terlihat dari luar. Karena itu, ratu ini pun diperebutkan oleh raja-raja termasuk raja dari negeri Cina. Pihak kerajaan pun mulai mendatangi Putri Aji Bedarah Putih untuk mengajukan lamaran dengan membawa berbagai macam hadiah. Dari awal kisah ini, muncul konflik percintaan yang sangat ironis. Bahkan juga terselip pesan moral di dalamnya yang bisa dijadikan pedoman ketika hidup di dalam dunia yang salah satunya harus mensyukuri nikmat tuhan. 3. Asal Mula Sungai Landak Cerita rakyat dari Kalimantan, Asal Mula Sungai Landak // Cerita rakyat dari Kalimantan yang ketiga adalah Asal Mula Sungai Landak. Kisah ini bermula saat di sebuah desa ada sepasang suami istri yang hidup sederhana. Sekalipun demikian mereka memiliki hati yang baik, bahkan suka membantu sesamanya yang membutuhkan. Hingga di suatu waktu sang istri bermimpi kalau dirinya melihat hewan landak raksasa di tengah sungai yang berair jernih. Sedangkan sang suami melihat lipan raksasa berwarna putih yang keluar dari kepala istrinya lalu masuk ke dalam lubang. Ini adalah sebuah kisah legenda yang mengandung pesan moral kalau orang yang selalu berbuat kebaikan, maka ia pun akan mendapatkan kebaikan yang sama. Kisah ini juga cocok dengan falsafah “apa yang engkau tanam, maka itu yang akan kau tuai”. 4. Asal Usul Danau Melawen Asal Usul Danau Melawen // Asal Usul Danau Melawen merupakan kisah dongeng yang cukup terkenal di Kalimantan. Legenda ini mengisahkan tentang seorang pemuda tampan rupawan bernama Kumbang Banaung. Sayang, sifat yang dimilikinya tidak setampan wajahnya. Kumbang Banaung adalah pemuda yang suka melawan kepada kedua orang tuanya. Bahkan, ia memaksa ayahnya untuk ikut berburu padahal ia sedang sakit. Namun, karena ayahnya tidak mau ikut, maka ia berburu sendirian dengan rasa marah. Saat pergi berburu ia hanya membawa bekal makanan yang diberikan ibunya dan sebuah piring bernama Piring Melawen yang diberikan oleh ayahnya. Setelah pemberangkatan ke dalam hutan inilah konflik terus terjadi menimpa si pemuda. 5. Kisah Pangeran Biawak Kisah Pangeran Biawak, Cerita Rakyat Dari Kalimantan // Kisah Pangeran Biawak adalah kisah legenda di Kalimantan yang cukup populer. Cerita ini Mengisahkan tentang seorang raja yang memiliki 7 anak perempuan dewasa tetapi semuanya enggan untuk menikah. Berbagai upaya pun dilakukan tetapi tetap saja ketujuh putri masih belum siap menikah. Kecuali mereka menemukan pemuda yang tampan sekaligus memiliki kesaktian yang luar biasa. Di dalam kisah ini terdapat konflik percintaan dan perkelahian. Sebuah narasi yang memang khas dari kisah-kisah klasik yang pernah muncul di daerah-daerah Indonesia. 6. Asal Muasal Sungai Mahakam Asal Muasal Sungai Mahakam // Sungai Mahakam adalah sungai terbesar di Kalimantan. Tak dinyana, ternyata sungai ini memiliki kisah legenda tersendiri yang ceritanya sudah diketahui oleh masyarakat setempat. Menurut legenda tersebut, dulu di hulu Sungai Mahakam ada tiga orang saudara yaitu Siluq, Ongo dan Alus. Ketika sudah waktunya berburu, Siluq dan Ongo berangkat ke hutan sedangkan Alus memasak di rumah. Sesungguhnya ketika Alus memasak, masakannya selalu istimewa serta nikmat. Namun, karena keingintahuan terhadap apa yang dimasak oleh Alus, maka Siluq pun membuka tungku yang sedang mendidih padahal perjanjian di antara keduanya dilarang untuk melakukan hal tersebut. *** Itulah beberapa cerita rakyat dari Kalimantan yang perlu diketahui oleh pembaca. Sebuah kisah legenda yang perlu dilestarikan karena mengandung pesan moral yang tinggi.
KumpulanLegenda Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan. Putmaraga memberikan usulnya, "Kita bawa intan dan berlian ini kepada Kepala Suku. Kita tanyakan kepada beliau, kepada siapa kita hendaknya menjual intan dan berlian ini." Ibu Putmaraga setuju dengan usul anaknya. Mereka lantas membawa intan dan berlian temuan mereka itu kepada Kepala Suku.
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Dongeng Raja Baik Hati Memberikan Putrinya Kearifan-kearifan lokal tumbuh subur di berbagai suku dan budaya di Nusantara. Hal itu tampak dalam cerita rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Misalnya, perjuangan Putri Aji Berdarah Putri mengusir prajurit Cina yang menyerbu kerajaannya, maupun kejujuran dan ketabahan Dewi Chandrakirana dalam menyikapi iri dengki saudara tirinya. Berikut ini cerita rakyat dari Kalimantan Selatan yang menceritakan raja baik hati yang berlaku bijak kepada rakyatnya. Dikisahkan terdapat seorang janda yang hidup dengan anaknya yang masih kecil di Kalimantan Selatan. Mereka berdua hidup sangat sederhana di sebuah gubuk tua. Tempat tinggal mereka tidak jauh dari istana kerajaan. Walaupun rumahnya berupa gubuk tua tetapi gubuk itu tampak terawat bersih, bahan-bahan kayunya pun terbuat dari kayu pilihan. Maka tak heran bila gubuk tua itu aman-aman saja berdekatan dengan istana kerajaan karena gubuk itu dianggap barang antik yang perlu dilestarikan. Lagi pula gubuk itu hanya dihuni seorang janda dan anaknya yang masih kecil. Raja tidak pernah keberatan gubuk itu dibiarkan tetap berdiri. Megahnya istana kerajaan tidak lantas menyingkirkan kecilnya rumah-rumah penduduk. Bukan hanya itu, setiap sebulan sekali pihak istana mengirim bahan makanan untuk menyumbang kelangsungan hidup si janda dan anaknya. Siapakah yang memimpin kerajaan yang sangat peduli rakyatnya? Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang baik hati, arif dan bijaksana. Sang Raja sangat dekat dengan rakyatnya. Ia mau bergaul dengan semua kalangan. Baik dari bangsawan maupun rakyat jelata semuanya mau ia temui kapan saja. Dari kaum tua sampai anak kecil sekalipun dia mengakrabinya. Karena sikapnya yang baik hati itulah maka rakyat sangat menyayangi rajanya. Istana itu memiliki halaman yang luas dan pohon-pohon yang rimbun. Setiap sore, banyak anak kecil yang bermain di halaman istana. Begitu juga halnya dengan anak janda tersebut tak luput dari keinginan bermain disana. Karena miskin maka mainan anak itu pun hanya seekor nyamuk yang diikat dengan benang. Kemana pun anak itu pergi, nyamuk itu selalu dibawanya. Bermula Dari Nyamuk Kecil Pada suatu hari, anak janda miskin bermain di halaman istana bersama kawan-kawannya. Karena terlalu asyik berrnain di halaman istana, anak janda miskin itu baru menyadari jika hari sudah hampir gelap. Karena takut dimarahi oleh ibunya, anak itu ingin bergegas pulang. Ia teringat pesan ibunya agar ia sudah sampai rumah sebelum matahari tenggelam. Sebelum ia kembali ke gubuknya, ia sempat menemui sang raja. “Baginda yang baik, hamba harus segera pulang. Sebab, jika hamba telat sampai rumah, ibu hamba pasti akan marah. Bolehkah hamba menitipkan nyamuk ini di istana? Besok hamba akan bermain ke sini lagi,” pinta anak itu dengan wajah memelas. “Boleh saja nak. Kau bisa ikatkan nyamukmu di tiang depan istana,” kata sang raja. Usai mendengar jawaban Sang Raja, anak itu segera mengikat nyamuknya di salah satu tiang istana. Anak itu pulang ke rumah dengan terburu-buru. Jangan sampai ibunya marah karena ia terlambat pulang. Esok harinya anak itu kembali ke istana untuk bermain di halaman bersama teman-temannya. Namun ia kecewa karena nyamuk kesayangannya sudah tidak ada lagi. Ia mencari kesana-kemari nyamuk yang kemarin ia ikat. “Teman-teman, apakah kalian melihat nyamuk yang kemarin ku ikat disini?” tanya si anak pada temannya. “Aku tidak tahu,” jawab salah satu anak. Jawaban yang sama ia dapatkan dari temannya yang lain. Ia masih berusaha mencari nyamuk itu. Ia melihat ke samping, ternyata ada seekor ayam jantan di dekat tiang tersebut. “Pasti nyamukku dimakan oleh ayam ini,” gumam si anak janda miskin. Ia pun berpikir ayam jantan itu yang telah memakan nyamuk kesayangannya. Anak itu segera menemui sang Raja. Ia berjalan dengan tergopoh-gopoh menemui Sang Raja. “Baginda, nyamuk hamba hilang. Sepertinya nyamuk itu dimakan oleh ayam jantan milik Baginda,” kata anak itu mengadu kepada Sang Raja. “Kalau begitu, kamu ambil saja ayam jantan itu sebagai ganti nyamuk yang dimakannya,” kata raja yang baik hati itu. “Terima kasih Baginda,” jawab anak itu dengan riang. Kini anak janda miskin itu memiliki peliharaan ayam jantan. Ia senang mempunyai ayam jantan berbulu indah itu. Untuk seorang anak janda miskin, memiliki ayam jantan bagus pemberian seorang raja adalah sebuah kebanggan tersendiri. Anak itu kembali bermain bersama teman-temannya. Kemana pun ia pergi, ayam itu selalu dibawanya. Ayam jantan itu juga diikatnya dengan tali karena ia khawatir akan terlepas dan hilang. Pada suatu siang yang panas, ketika ia sedang asyik bermain ayam jantan itu terlepas dari talinya. Anak itu kemudian mencari-cari ayam jantan miliknya. Setelah hampir setengah hari ia mencarinya, ternyata ayam jantan itu pergi ke tempat ibu-ibu yang sedang menumbuk padi dengan lesung di dapur istana kerajaan. Karena lapar, ayam itu berusaha mematuk bulir-butir padi yang berada di lubang lesung. Meskipun sudah dihalau berkali-kali oleh para juru masak istana, tetapi tetap saja ayam itu naik ke lubang lesung. Rasa lapar menumbuhkan keberanian ayam jantan itu untuk memakan apapun yang ditemuinya. Karena merasa kesal, seorang ibu memukulkan lesungnya ke arah ayam tersebut hingga ayam itu jatuh menggelepar-gelepar ke tanah dan mati. Kejadian matinya ayam jantan itu berlangsung tepat di hadapan si anak janda miskin. Melihat ayamnya mati, anak itu sangat sedih. Ia menangis seraya berlari menemui Sang Raja. Ganti Rugi Yang Lebih Baik Dengan menahan tangisnya anak itu berkata, “Baginda Raja, ayam jantan pemberian Baginda telah mati dipukul tukang masak istana. Hamba tidak punya mainan lagi.” Usai berkata demikian, tangis anak itu kembali pecah. Raja yang baik hati itu berkata, “Sudah, kau jangan menangis lagi. Sekarang, kau ambillah lesung itu sebagai ganti ayam jantanmu yang telah mati,” Betapa bahagianya hati anak itu. Ia berniat, lesung itu nantinya akan diberikan kepada ibunya untuk menumbuk padi. “Terima kasih, Baginda. Lesung ini pasti berguna untuk ibu di rumah,” ucap si anak. Sang Raja tersenyum melihat keluguan anak kecil yang selalu ingat ibunya itu. Karena hari sudah sore, anak itu berniat pulang. Namun sebelum pulang, ia menitipkan lesung tersebut kepada raja. Sang Raja memperbolehkannya. “Sandarkanlah lesung itu di bawah pohon yang terdapat di halaman istana,” ucap raja. Anak itu menuruti perintah sang raja. Ia menyandarkan lesungnya di bawah pohon. Keesokan hari, anak itu kembali ke halaman istana untuk bermain. Ketika selesai bermain dan akan kembali ke gubuknya, ia teringat lesung miliknya. Anak itu pun pergi mengambil lesung miliknya. Tapi, betapa kagetnya ia melihat kondisi lesungnya sudah tidak seperti waktu ia tinggalkan kemarin. Lesung itu telah patah. Ia mencari tahu apa penyebab patahnya lesung kayu itu. Ternyata, di sebelah lesung tersebut terdapat buah nangka yang sangat besar. Nangka itu telah matang dan jatuh dengan sendirinya mengenai lesung kayu. Anak itu kembali melapor kepada raja. “Baginda, lesung hamba telah patah tertimpa buah nangka,” keluhnya kepada sang Raja. Anak itu takut Raja akan marah kepadanya karena berkali-kali meminta ganti rugi. Namun Sang Raja menunjukka belas kasihnya sebagai pemimpin sekaligus sebagai ayah bagi anak-anak di seluruh negeri yang dipimpinnya. Sambil tersenyum sang Raja berkata, “Kalau begitu kamu ambil nangka itu sebagai pengganti lesungmu yang patah.” “Terima kasih Baginda. Tapi, hari sudah mulai malam, hamba tidak bisa membawa nangka yang besar itu sampai ke rumah. Bolehkah hamba menitipkan nangka itu di istana. Besok hamba akan mengambilnya bersama teman-teman.” Raja bijak berkata, “Kalau begitu. Letakkan saja nangka itu di samping pintu dapur istana.” Anak itu menuruti perintah Sang Raja. Nangka itupun diletakkan di dapur istana. Nangka yang matang itu mengeluarkan bau yang sangat menggoda. Setelah anak itu pergi, putri raja yang sebaya dengan anak itu mencium bau harum dari buah nangka. “Mmm, bau buah nangka ini sangat enak. Rasanya pasti juga enak. Wah, aku sangat ingin memakan nangka itu. Tapi, dimana nangka itu berada? Mungkin bibi meletakkannya di dapur dan sengaja menyimpannya untukku,” gumam putri raja. Sang putri raja lantas pergi menuju dapur mencari buah nangka yang berbau harum. Ia terus mencari nangka itu ke berbagai sudut dapur. Di samping perapian tidak ada. Di tempat penyimpanan bumbu dapur pun tidak ada. Ia terus mencari sumber bau harum buah nangka. Sampai akhirnya, ia melihat sebuah nangka utuh yang sangat besar dan ranum berada di samping pintu dapur. “Ini dia nangka yang aku cari-cari,” ujar sang putri dengan pandangan mata berbinar-binar. Ia pun menyuruh pembantu istana untuk memecah nangka tersebut. Setelah nangka dipecah, putri raja memakannya sampai puas. Rasa buah nangka itu sangat enak. Putri Raja tak henti-hentinya bergumam betapa lezatnya buah nangka yang ada di tangannya. Ia tidak mengetahui bahwa nangka tersebut ada pemiliknya. Seperti biasa esok hari anak itu bermain ke halaman istana, hari itu ia berencana akan mengambil buah nangka bersama teman-temannya. Tapi sesampai di kebun istana ia kecewa karena buah nangka itu ternyata sudah tidak di tempatnya. Kemudian, ia melihat ke arah tempat sampah milik istana. Ternyata banyak biji-biji nangka berikut kulitnya berada di tempat sampah itu. Hati anak itu kembali kecewa. Nangka miliknya sudah dimakan orang lain. Anak itu menghadap sang Raja. Sang Raja dengan arif bijaksana berkata, “Sudahlah kau jangan bersedih, karena nangka itu dimakan oleh puteriku maka puteriku akan kuberikan kepadamu.” Sang Raja berusaha membesarkan hati anak itu. Sesekali raja itu menceritakan kisah-kisah teladan dari tokoh terkenal terdahulu. Si anak tidak mengerti perkataan sang raja yang akan memberikan puterinya padanya. Ia masih terlalu kecil untuk paham. Namun, ketika anak itu sudah beranjak dewasa dan menjadi pemuda tampan, sedangkan putri raja sudah menjadi gadis yang cantik, raja menikahkan keduanya. Mereka pun hidup berbahagia, sang ibu juga dibawa tinggal ke istana. Raja bijaksana itu telah menepati janjinya dengan memberikan puterinya. Amanat cerita rakyat mengenai Sang Raja yang baik hati adalah jika berbuat kesalahan harus berani bertanggungjawab dan jika berjanji harus menepati. Si anak janda miskin sangat berbakti kepada ibunya sehingga ia mendapatkan balasan yang sangat indah di akhir hidupnya. Semoga legenda Raja Baik Hati dari Kalimantan Selatan ini bisa memberi inspirasi bagi Anda. Daftar Pustaka Rahimsyah, MB. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap dari 33 Provinsi. Bintang Usaha Jaya, Surabaya. Artikel Terkait CeritaSingkat Damarwulan. Alkisah Rakyat ~ Patih Hudara adalah seorang patih di Kerajaan Majapahit. Namun, karena merasa kurang mampu melaksanakan tugasnya, beliau mengundurkan diri. Waktu berjalan terus. Putra Hudara yang bernama Damarwulan pun tumbuh menjadi laki­-laki dewasa. Damarwulan sangat ingin mengabdikan dirinya pada Kerajaan Majapahit. Indonesia memiliki banyak sekali cerita menarik. Salah satunya adalah dari Kalimantan Selatan. Buat kamu yang kurang familiar dengan cerita dari daerah ini, langsung simak saja artikel-artikel berikut, yuk!Pernahkah kamu mendengar tentang legenda Lok Naga? Atau, kamu tahu tidak bagaimana asal muasal Kota Banjarmasin? Wah, enggak tahu juga? Hmm…kayaknya kamu perlu membaca cerita rakyat dari Kalimantan Selatan ini, deh. Mungkin selama ini kamu kebanyakan mendengar cerita dari Pulau Jawa. Wajar, sih karena memang ceritanya banyak difilmkan. Nah, sekarang saatnya kamu memperluas wawasanmu tentang cerita-cerita dari daerah lain di Indonesia, salah satunya dari Pulau Kalimantan. Kalau penasaran apa saja kisah dari provinsi yang beribukota di Banjarmasin ini, kamu bisa menyimak PosKata. Karena di sini tak cuma cerita, kamu juga bisa menyimak unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga, lho! Yuk, simak langsung aja ceritanya! Cerita rakyat Nusantara itu ada beragam, lho. Dari beberapa daerah punya kisah dan sejarahnya masing-masing. Di Kalimantan Selatan, ada cerita sejarah Datu Pujung. Kalau ingin membaca ...Buat yang suka cerita rakyat Nusantara, sudahkah kamu membaca legenda Telaga Alam Banyu Batuah? Bila belum, segeralah membaca kisah tersebut. Tak hanya memiliki cerita yang menarik, ...Sama seperti daerah-daerah lainnya, Kalimantan Selatan juga memiliki kisah yang seru untuk disimak. Salah satunya adalah cerita rakyat Pangeran Biawak ini. Penasaran seperti apa? Mending ...Mengetahui asal mula dari sebuah wilayah tak hanya akan menambah pengetahuanmu, tapi juga bisa menambahkan rasa cintamu pada daerah tersebut. Kalau kamu dari Banjarmasin, coba cek artikel ...Indonesia kaya akan cerita rakyat yang berasal dari berbagai daerah, salah satunya adalah legenda Lok Si Naga. Jika belum familier dengan kisahnya, barangkali kamu bisa menyimak ulasan ...Kalau di Jawa Tengah ada leganda Jaka Tarub, Kalimantan Selatan juga memiliki cerita rakyat yang mirip, yaitu Telaga Bidadari. Simak kisah beserta fakta menariknya di artikel ini, yuk!Salah satu cerita rakyat yang menarik dari Banjar di Kalimantan Selatan adalah tentang Putri Junjung Buih. Baca kisah lengkapnya di artikel ini dan dapatkan fakta menarik serta ulasan ...Cerita Rakyat Putri Junjung Buih Dahulu kala, hiduplah dua raja yang mengatur suatu negeri di Kalimantan Selatan. Mereka bernama Raja Patmaraga dan Sukmaraga. Walau hidup mereka rukun dan makmur, kehidupan mereka terasa kurang karena keduanya belum memiliki keturunan. Setelah lama berdoa, akhirnya Raja Sukmaraga dikaruniai anak laki-laki kembar yang tampan. Raja Patmaraga senang sekaligus sedih. Ia pun terus berusaha untuk mendapatkan keturunan. Sampai suatu hari terjadi hal yang tak dinyananya. Apakah itu? Baca selengkapnya Legenda Putri Junjung Buih dari Banjar, Kalimantan Selatan, Beserta Ulasannya Cerita Legenda Telaga Bidadari Dahulu kala hiduplah seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma. Ketika tengah bermain seruling, mendadak dia mendengar tawa perempuan. Setelah diintip, ternyata ada para gadis cantik tengah mandi. Karena tergoda kecantikan salah satu gadis, Awang pun menyembunyikan salah satu selendang mereka. Akhirnya, salah satu bidadari tersebut tak bisa pulang ke kahyangan dan menikah dengannnya. Hidup mereka bahagia, sampai suatu saat istrinya menemukan selendang tersebut. Lantas apa yang terjadi dengan Awang Sukma dan keluarganya? Baca selengkapnya Cerita Rakyat Telaga Bidadari, “Jaka Tarub” dari Banjarmasin Beserta Ulasan Menariknya Legenda Lok Si Naga Dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anaknya. Hidup mereka berubah setelah si ayah dan ibu tak sengaja memakan telur milik penjaga sungai. Mereka berdua pun berubah menjadi sepasang naga. Untuk dapat kembali ke wujud manusia, mereka harus melawan naga penjaga sungai. Mereka berpesan pada kedua anaknya mengamati aliran sungai untuk menegtahui apakah mereka masih hidup atau tidak. Bagaimana kelanjutan usaha kedua orang tua tersebut? Baca selengkapnya Cerita Legenda Lok Si Naga dan Ulasannya, Kisah Keberanian Orangtua untuk Anak Tercinta Asal-Usul Kota Banjarmasin Pada jaman dahulu kala, berdirilah suatu kerajaan bernama Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Putri Kalungsu. Sedihnya, terjadi banyak pertikaian di kerajaan itu yang mengakibatkan matinya para pemimpin kerajaan. Pada saat kepemimpinan Pangeran Tumenggung. Banyak yang mengira bahwa Pangeran Tumenggung akan membunuh rivalnya, Pangeran Samudera. Karena itu, para patih lalu menyembunyikannya. Sayangnya, persembunyiannya terungkap. Bagaimana nasib Pangeran Samudera berikutnya? Baca selengkapnya Kisah Asal Mula Kota Banjarmasin dan Ulasannya, Bukti Ketulusan akan Mengalahkan Kebatilan Cerita Rakyat Pangeran Biawak Dahulu kala, hiduplah seorang raja dengan 7 putrinya yang kesemuanya masih lajang. Karena ingin semua putrinya segera menikah, raja pun mengadakan sayembara. Barangsiapa berhasil membangun istana, maka ia akan dinikahkan dengan putri-putri raja. Kemudian, datanglah 6 pemuda yang berhasil membangun istana, tapi tak ada yang bisa membuat bagian terpenting dari istana, yaitu jembatan. Saat tak ada yang bisa, datanglah seorang ibu dengan anaknya yang berniat ikut sayembara. Akhirnya, anak ibu tersebut berhasil membangun jembatan dan raja pun bersedia menikahkan putrinya dengan anak dari ibu tersebut. Masalahnya, anak dari ibu itu adalah seekor biawak. Lalu, apakah putri mau menikahi pemenang sayembara tersebut? Baca selengkapnya Legenda Pangeran Biawak Asal Kalimantan Selatan Beserta Ulasan Menariknya Legenda Telaga Alam Banyu Batuah Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang sakti lagi baik budi. Anak yang lahir di Suku Dayak Biauju ini bernama Halaban. Suatu hari, ia kedatangan seorang saudagar kaya yang ingin meminta tolong padanya. Anak saudagar kaya itu menderita sakit parah dan langka. Menurut mimpi sang saudagar, anaknya hanya bisa disembuhkan dengan air dari Pegunungan Bajuin. Karena tak semua orang bisa mengambilnya, maka ia meminta tolong pada Halaban. Masalahnya, untuk bisa mengambil air tersebut, Halaban harus menghadapi rintangan bertubi dan nyawanya pun dipertaruhkan untuk itu. Lalu, bagaimana reaksi Halaban? Apakah ia mau menggadaikan nyawanya demi sang saudagar? Baca selengkapnya Kisah Telaga Alam Banyu Batuah, Cerita Rakyat dari Kalimantan beserta Ulasannya Cerita Sejarah Datu Pujung Alkisah, berdirilah sebuah kerajaan besar di Kalimantan Selatan bernama Kerajaan Banjar. Kerajaan tersebut dipimpin oleh raja yang sangat terkenal, yaitu Sultan Suriansyah. Suatu hari, pelabuhan kerajaan tersebut didatangi oleh segerombolan orang asing yang berambut kuning dan bermata biru. Kira-kira, siapakah mereka? Apa tujuan mereka datang ke situ? Baca selengkapnya Legenda Datu Pujung dari Kalimantan Selatan Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Kakek Sakti yang Berhasil Menyelamatkan Negeri EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. 122| LOKABASA Vol. 4, No. 2, Oktober 2013 CIRI-CIRI FANTASTIK DUA CERITA RAKYAT KALIMANTAN DALAM BUKU KUMPULAN CERITA RAKYAT NUSANTARA KARYA KIDH HIDAYAT Indrawan Dwisetya Suhendi Universitas Pendidikan Indonesia Pos-el: [email protected] Abstrak Tulisan ini mencoba untuk mengungkap ciri-ciri fantastik dua cerita rakyat Kalimantan dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN) karya Kidh Sama seperti daerah-daerah lainnya, Kalimantan Selatan juga memiliki kisah yang seru untuk disimak. Salah satunya adalah cerita rakyat Pangeran Biawak ini. Penasaran seperti apa? Mending langsung disimak saja kisah lengkapnya berikut Biawak adalah sebuah cerita rakyat asal Kalimantan Selatan. Kalau mungkin merasa kurang familier atau belum pernah membacanya, maka nanti kamu bisa menyimaknya di yang mengajarkan untuk tak meremehkan penampilan fisik orang lain ini seru banget, lho. Cocok jika kamu dongengkan kembali untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Terlebih lagi, cerita ini memiliki nilai moral yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan gimana kisah lengkapnya? Daripada kelamaan dan makin penasaran, kamu bisa langsung menyimak ringkasan, penjelasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya berikut ini, ya! Selamat membaca! Sumber YouTube – Dongeng Kita Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaa di tepi sungai yang diperintah oleh seorang raja yang bijak dan baik hati. Raja tersebut memiliki tujuh orang putri yang semuanya berwajah cantik. Kian hari, usia raja sudah tak muda lagi. Anak-anak perempuannya sudah cukup umur untuk menikah. Namun hingga kini, belum ada laki-laki yang mau meminang mereka. Hal tersebut tentu saja membuat raja khawatir. Kalau nanti tiada, ia takut tidak akan ada yang menjaga anak-anaknya. Sebenarnya, para putri tersebut memang belum berniat untuk menikah. Mereka merasa belum menemukan seseorang yang cocok. Maka dari itu, sang raja kemudian memikirkan suatu cara supaya anak-anaknya menemukan pria yang cocok. Ia kemudian berpikiran untuk mengadakan sayembara. Pesertanya nanti tentu saja boleh dari kalangan mana pun. Mau miskin atau kaya, rakyat jelata atau bangsawan, semuanya boleh mengikuti sayembara tersebut. Kalau berhasil, mereka tentu saja akan mendapatkan hadiah. Nanti, laki-laki yang berhasil memenangkannya akan dinikahkan dengan salah satu putrinya. Syaratnya tentu saja tidak akan mudah. Mau tahu apakah itu? Laki-laki yang mengikuti sayembara tersebut harus berhasil membangun sebuah istana megah di seberang sungai dalam waktu yang singkat. Perihal Sayembara Para pengawal kemudian mengumumkan sayembara tersebut. Mereka menyebarkannya hingga ke pelosok desa. Setelah sayembara diumumkan, beberapa hari kemudian datanglah enam pemuda yang menyanggupi persyaratan tersebut. Masing-masing dari mereka harus menyelesaikan sebuah istana megah. Ajaibnya, dalam waktu yang cukup singkat, mereka bisa dengan mudah membangun istana tersebut. Namun, sepertinya masih ada yang kurang. Jembatan untuk menghubungkan istana utama dan enam istana yang baru dibangun belum ada. Maka dari itu, raja menunggu seorang pemuda lagi yang sanggup untuk membuatkan jembatan tersebut. Tak lama kemudian, datanglah seorang ibu tua yang membawa seekor biawak. “Ampun, Paduka. Hamba datang ke sini untuk mengikuti sayembara. Anak hamba sanggup untuk membangunkan sebuah jembatan besar seperti yang Baginda inginkan,” katanya. Raja tersebut menjawab dengan bijak. “Sayembara ini terbuka untuk siapa pun, termasuk anakmu.” “Meskipun hamba hanya seorang yang begitu rendah dan miskin?” tanya perempuan tua itu lagi. “Aku bukanlah orang yang suka membeda-bedakan. Aku juga memegang teguh janjiku. Kalau anakmu memang bisa membangun jembatan itu, maka ia akan kunikahkan dengan salah satu putriku.” Baca juga Legenda Asal-Usul Pulau Senua dan Ulasan Menariknya, Pulau yang Berbentuk Seperti Ibu Hamil Seekor Biawak Sumber YouTube – Dongeng Kita Setelah mendengarkan perkataan raja, wanita tua tersebut kemudian berbicara kepada biawak yang dibawanya. “Anakku, kamu sudah mendengar sendiri ucapan Paduka Raja, kan? Sekarang, buktikanlah kesanggupanmu itu.” Semua orang yang ada di istana, termasuk raja, begitu terkejut ketika mengetahui kalau anak yang dimaksud wanita tua itu ternyata seekor biawak. Mereka semakin terkejut ketika mengetahui kalau biawak tersebut dapat berbicara. “Baiklah, Ibu. Saya menyanggupi persyaratan dari Paduka Raja. Saya mohon restu, ya, Bu,” katanya. Tak ingin membuang-buang waktu, Biawak kemudian memulai pekerjaannya. Ia ternyata memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia berhasil membangun jembatan penghubung hanya dalam waktu kurang dari semalam. Dirinya pun kemudian dinyatakan sebagai pemenang. Memilih Biawak Sesuai yang telah dijanjikan, si Biawak tentu berhak untuk menikahi salah seorang putri raja. Raja lalu bertanya kepada putri-putrinya mengenai siapa yang mau menikah dengan biawak tersebut. Sayang sekali, putri sulung hingga putri keenam raja menolak untuk dijadikan istri oleh biawak. Harapan terakhirnya kemudian jatuh ke putri bungsu. Tanyanya, “Bagaimana denganmu, Anakku? Apakah kamu juga menolak menikah dengan biawak yang memenangkan sayembara itu?” Berbeda dengan kakak-kakaknya, si bungsu tersenyum dan menjawab, “Ayah, sesungguhnya ucapan seorang raja haruslah terlaksana. Jika kakak-kakak tidak mau, hamba bersedia menikah dengan putra dari ibu itu.” Sebenarnya, Paduka Raja agak tidak ikhlas membiarkan putri bungsunya menikah dengan Biawak. Akan tetapi, janji memang harus ditepati. Akhirnya, ia merelakan si Bungsu untuk menikah dengan si Biawak. Baca juga Kisah Ikan Sakti Sungai Janiah dan Ulasan Menariknya, Ketika Anak Tak Menuruti Perintah Ibunya Pernikahan Putri Bungsu dan Biawak Raja kemudian menggelar pesta yang cukup meriah untuk merayakan pernikahan putri bungsunya itu. Setelah pesta usai, Putri Bungsu lalu menempati kemarnya bersama bersama Biawak. Saking lelahnya, Putri Bungsu pun tertidur. Sementara itu, Biawak hanya berdiam di sudut ruangan. Saat tengah malam tiba, Putri Bungsu yang sedang tertidur tiba-tiba bangun. Saat menoleh ke samping, ia kaget sekali ketika mendapati ada seorang laki-laki berwajah tampan berbaring di sampingnya. Wanita itu kemudian berteriak begitu keras dan menyebutkan ada orang asing di kamarnya. Hal itu tentu saja membuat para pengawal berdatangan. Namun, sesampainya di kamar para pengawal tidak mendapati ada orang asing di sana. Sang putri juga merasa heran karena laki-laki yang berbaring di sampingnya tiba-tiba saja menghilang. Ia kemudian menjadi sangat penasaran dan bertanya-tanya. Apakah dirinya hanya bermimpi? Tapi, ia bisa dengan jelas melihat pria tampan itu. Yang lebih mengherankan lagi, ia juga tidak menemukan suaminya yang berwujud biawak di kamar. Pokoknya, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rahasia yang Terungkap Keesokan malamnya, Putri Bungsu berpura-pura untuk tidur lebih awal. Ketika merasakan gerakan di tempat tidur, ia kemudian menggerakkan tubuhnya untuk menghadap ke sang suami. Ia melihat laki-laki tampan itu lagi yang seperti hendak kabur. Ia lalu memegang tangan pria tersebut dan berkata, “Sebenarnya kamu itu siapa? Mengakulah saja sebelum aku berteriak memanggil prajurit lagi.” Namun, pria tersebut menimpalinya dengan tenang. “Tenanglah, kamu tidak perlu berteriak-teriak seperti itu istriku.” “Apa maksudmu? Kamu jangan sembarangan kalau biacara, ya! Suamiku itu adalah seekor biawak.” “Ini adalah aku yang sebenarnya. Coba lihatlah kulit biawak yang aku letakkan di sudut kamar itu. Aku dulu melakukan sebuah kesalahan yang begitu fatal. Maka dari itu, aku dikutuk menjadi seekor biawak,” jelasnya. Setelah mendengar penjelasan tersebut, Putri Bungsu pun mengerti. “Lantas, adakah yang bisa dilakukan untuk melepas kutukanmu itu, Suamiku?” “Tentu saja. Aku akan terbebas dari kutukan tersebut apabila wanita yang bersedia menikah denganku membakar kulit biawak tersebut,” jawabnya. Tidak buang-buang waktu lagi, wanita tersebut kemudian mengambil kulit biawak lalu membakarnya. Sejak saat itu, pria tersebut tidak lagi berubah wujud menjadi seekor biawak. Putri Bungsu dan suaminya pun hidup bahagia. Sementara itu, kakak-kakaknya merasa sangat menyesal karena menolak menikah dengan biawak yang ternyata seorang pangeran yang tidak hanya sakti, tetapi juga tampan. Baca juga Legenda Batu Gantung Danau Toba dan Ulasannya, Kisah Tragis Wanita Cantik dari Sumatera Utara Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Pangeran Biawak Sumber Wikimedia Commons Gimana sinopsis lengkap cerita rakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan di atas? Seru banget untuk disimak, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga bisa menemukan penjelasan singkat dari unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. Selengkapnya, bisa kamu baca berikut 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Pangeran Biawak ini adalah harus menepati janji dan menerima pasangan apa adanya. Sama seperti raja yang tetap memenuhi janjinya dan Putri Bungsu yang menerima suaminya. 2. Tokoh dan Perwatakan Sementara itu, ada beberapa tokoh dari cerita rakyat Pangeran Biawak yang akan diulik. Yang pertama adalah sang raja. Ia adalah seorang yang adil, bijaksana, dan begitu menyayangi putrinya. Selain itu, ia adalah orang yang memegang teguh janjinya. Tokoh yang kedua adalah Putri Bungsu. Ia adalah seorang anak yang patuh. Ia juga seorang yang baik hati dan tidak menilai seseorang hanya dari bentuk fisiknya saja. Selanjutnya, tentu saja ada kakak-kakak dari Putri Bungsu. Bisa dibilang, mereka adalah orang-orang yang egois dan menghakimi orang dari penampilannya. Kemudian yang terakhir adalah Pangeran Biawak. Ia merupakan seseorang yang cakap dan tidak mudah putus asa. Beruntung sekali dirinya berhasil mendapatkan Putri Bungsu yang mau mencintainya meski masih berwujud biawak. 3. Latar Karena hikayat Pangeran Biawak ini berasal dari Kalimantan Selatan, maka secara umum latar tempatnya terjadi di daerah tersebut. Akan tetapi, dalam cerita juga disebutkan latar tempatnya secara spesifik, yaitu sebuah istana di pinggir sungai. Sementara itu, kamu juga bisa menemukan setting waktu cerita ini. Salah satu contohnya adalah terjadi di malam hari. 4. Alur Untuk alurnya sendiri, cerita rakyat Pangeran Biawak menggunakan alur maju. Kisahnya dimulai dari raja yang mengadakan sayembara dan yang berhasil akan dinikahkan dengan anaknya. Kemudian ada seekor biawak ajaib yang mengikuti sayembara tersebut dan berhasil. Ia kemudian menikah dengan si Putri Bungsu. Ternyata, pangeran tersebut adalah laki-laki tampan yang terkena kutukan. Di akhir cerita, Putri Bungsu dapat menghilangkan kutukan tersebut dan mereka hidup bahagia selamanya. 5. Pesan Moral Dari cerita rakyat Pangeran Biawak ini, kamu bisa memetik beberapa amanat atau pesan moral. Salah satunya adalah jangan hanya melihat orang dari tampilan fisiknya. Pangeran Biawak pada awalnya diremehkan oleh putri-putri yang lain karena dianggap menjijikkan. Tapi nyatanya, ia sebenarnya seorang pangeran yang dikutuk. Selanjutnya, kamu harus menepati janji yang telah dibuat. Sama seperti raja yang menepati janjinya untuk menikahkan sang pemenang sayembara dengan putrinya. Tak hanya itu saja, kamu harus tulus karena melakukan sesuatu. Ketulusanmu itu pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti apa yang dialami oleh Putri Bungsu. Dan yang terakhir, kamu jangan mudah berputus asa seperti Pangeran Biawak. Pada awalnya, mungkin mendapatkan gadis yang tulus mencintainya itu sulit karena bentuk fisiknya. Namun, ia mendapatkan orang yang tepat. Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun kisah tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berkaitan erat dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dipegang teguh. Baca juga Kisah Asal-Usul Nyi Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan Beserta Ulasannya yang Menarik untuk Dibaca Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan Sumber YouTube – Dongeng Kita Tadi, kamu sudah menyimak ringkasan dan penjelasan unsur intrinsik di atas, kan? Eitss… tapi tunggu dulu karena ulasan ini belum selesai. Selanjutnya, kamu bisa membaca fakta menarik tentang kisah tersebut berikut ini 1. Versi Lain Namanya juga cerita rakyat yang dulunya diceritakan secara lisan, sedikit perbedaan pada plot dan nama tokoh adalah hal yang biasa. Kalau dalam versi ini, sang raja bertanya kepada putri-putrinya mengenai syarat untuk sayembara. Salah satu syaratnya, orang tersebut harus memiliki kesaktian dan bisa membangun sebuah istana yang megah untuk ditinggali bersama. Pada awalnya, mereka sudah mendapatkan enam pemuda sakti yang berhasil membangun istana dalam sekejap. Setelah selesai, ternyata masih kurang sebuah jembatan yang menghubungkan istana yang lama dan baru. Nah untuk kelanjutannya, kisahnya hampir sama seperti yang telah kamu baca di atas. Hanya saja, ada perbedaan di bagian akhirnya. Saat semuanya sudah menikah dan identitas Pangeran Biawak diketahui, hal itu membuat kakak-kakak Putri Bungsu merasa iri. Mereka merasa menyesal telah menolak Pangeran Biawak yang ternyata merupakan seorang laki-laki yang begitu tampan. Setelah itu, putri-putri tersebut kemudian menyuruh suami-suaminya untuk berdagang ke tempat yang jauh. Masing-masing dari mereka kemudian memelihara seekor biawak di kamarnya. Mereka berharap biawak tersebut bisa berubah menjadi lelaki tampan. Namun tentu saja, itu adalah hal yang sangat mustahil. Bukannya mendapati lelaki tampan di kamarnya, mereka kemudian malah kesakitan karen digigit oleh biawak-biawak liar tersebut. Para pengawal yang mendengar para putri kesakitan kemudian menyusul ke ruangannya. Tak menunggu waktu lama, mereka kemudian membuang biawak-biawak liar itu. Keesokan harinya, kakak-kakak Putri Bungsu kemudian minta maaf kepada adiknya. Mereka sadar kalau adiknya beruntung mendapatkan seorang lelaki yang tampan karena ketulusan hatinya. Tidak seperti mereka yang hanya melihat seseorang dari rupanya saja. Baca juga Kisah Hikayat Si Miskin dan Ulasan Lengkapnya yang Mengandung Nilai-Nilai Bijak Kehidupan Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Pangeran Biawak di Atas? Demikianlah hikayat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana, nih? Semoga saja nggak cuma menghibur, tetapi bermanfaat, ya! Kalau misalnya masih kurang puas, kamu bisa mengecek artikel-artikel lain yang nggak kalah seru. Beberapa di antaranya ada legenda Salatiga, dongeng Kelinci dan Kura-Kura, Damarwulan, dan asal-usul Gunung Semeru. Tak hanya itu saja, kamu juga bisa menyimak dongeng dari Barat dan kisah para nabi di sini, lho. Lengkap banget, kan? Maka dari itu, baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. HqxUX.